Semua teman-teman Nino yang menjadi warga sangat mendalami peran hingga berteriak berkeliling mengitari rumah warga dengan berlari.
Cukup jauh dan tidak lama dari itu terdengar suara gemuruh langkah kaki dan kentongan bambu.
Lima teman yang menjadi warga telah kembali lagi, tetapi entah kenapa semua warga keluar membawa isi rumah yang masih bisa dibawa oleh kedua tangan.
Anak-anak kecil berlarian dan digendong ibunya, bapak-bapak yang bermain gaple segera berlari pula, tidak lupa gudang garam cepat dibawa.
Nino dan semua temannya heran dan kebingungan apa yang terjadi, sampai dua orang bapak-bapak bersama hansip sungguhan datang ke bendungan.
“Loh, gak banjir ini. Aman sentosa, Pak” ucap Pak Hansip.
“Berita banjir dari mana?”
“Lah ini pak, anak-anak ini teriak-teriak banjir”seorang bapak bertubuh gempal menunjuk teman-teman Nino yang tadi menjadi warga, semua saling menatap dan memberi kode.
Nino dan teman-temannya mengetahui kondisi yang terjadi dan akhirnya mereka memilih kabur dengan lari sangat cepat meninggalkan tiga bapak-bapak yang menangkap basah mereka.
Esok hari laporan dikumpul dan diceritakan di depan kelas. Bukannya tertawa, ibu guru menyuruh Nino dan teman-temannya meminta maaf.
Di rumah Nino pun demikian, ia bahkan sempat diceramahi oleh Papa hampir semalam suntuk dan diperintah juga hal yang sama, minta maaf.
Sepulang sekolah, Nino ke rumah kepala desa setempat dan juga ke rumah RT bersangkutan untuk memberitahukan kronologi sesungguhnya.
Baca Juga: Detoks Paru-paru Secara Alami Ala Thibbun Nabawi, Siap-siap untuk Terbebas dari Obat-obatan Kimiawi