GENMUSLIM.id- Pagi itu di hari libur sekolah aku duduk di tepi pantai. Memandangi keindahan laut dan gulungan ombak yang selalu terasa mengagumkan.
Aku menunggu kepulangan Bapak yang sudah pergi melaut sejak sore kemarin.
Menunggunya pulang sembari duduk di tepi pantai dan menikmati keindahan laut, menjadi rutinitas yang selalu menyenangkan.
Menjadi anak dari seorang nelayan adalah hal yang paling aku syukuri. Aku punya Bapak yang hebat dan tangguh.
Baca Juga: Cerpen Inspiratif: Motor Vespa Warisan Kakek Jadi Teman Setia Perjalanan Hidup Seorang Badai
Bapak bukan hanya sosok kepala keluarga dan juga sosok ayah, tetapi dia adalah panutan dan guru kehidupan bagiku.
Jika Bapak libur mencari ikan dan sedang ada di rumah, aku selalu menghabiskan waktu berbincang dengannya. Sembari menikmati indahnya pemandangan laut.
Aku masih ingat setiap pesan berharga yang dia sampaikan padaku.
Bapak selalu bilang, hidup itu layaknya laut. Kadang terjadi pasang kadang ada kalanya surut.
Begitupun dengan hidup, kadang kala hari ini terasa menyenangkan dan bisa saja besok kita mengalami sesuatu yang kurang mengenakan.
Baca Juga: Cerpen Roman Singkat: Pengagum Rahasia dengan Sebuah Surat dan Pena untuk Gadis Bernama Senja
Namun, Bapak bilang kita harus seperti karang di tengah lautan. Tak peduli air laut sedang pasang atau surut dia tetap berusaha berdiri teguh di sana, bahkan saat sesekali ombak besar meghantam karang.
Itu tidak membuatnya menyerah dan tetap berusaha berdiri.
Hidup itu tentang perjuangan dan proses bertahan yang tidak akan pernah berhenti kita jalani.
