Itu pesan berharga Bapak yang selalu aku ingat. Bapak adalah segalanya bagi aku juga Ibu. Bapak adalah sosok pemimpin yang baik dalam keluarga bagi aku, Ibu, juga adik-adikku.
Bicara soal pemimpin, aku ingat salah satu percakapan yang terjadi dengannya di suatu malam.
"Pak, kenapa Bapak kasih nama aku, Koswara?" tanyaku pada Bapak yang sedang memperbaiki jaring yang biasa dia pakai untuk melaut malam itu.
"Sederhana, Wara. Dalam Bahasa Sunda, Koswara itu artinya pemimpin. Itu artinya Bapak téh, berharap kamu kelak akan jadi pemimpin yang baik. Setidaknya kalau belum bisa untuk orang lain, yah untuk dirimu sendiri, Wara."
"Memimpin diri kamu, disiplin pada diri kamu sendiri, dan akhirnya mungkin bisa menjadi pemimpin yang baik untuk keluarga kamu nanti, karena setelah Bapak enggak ada yah kamu yang jaga dan pimpin keluarga ini."
Aku terenyuh mendengar ucapan Bapak. Sebegitu dalamnya arti nama yang sempat tidak aku sukai itu. Karena teman-teman sekolah sering mengejekku dengan nama itu.
Setelah mendengar dari Bapak, aku justru bangga dan tidak menyangka.
Baca Juga: Cerpen Keluarga: Membawa Cerita Ke Pelukan Ibu Akan Selalu Menjadi Candu Bagi Seorang Kinasih
"Nama itu layaknya doa, Wara. Itu memang nama sederhana yang bisa Bapak kasih untukmu, tapi Bapak téh berharap suatu saat kamu bisa menjadikan nama itu istimewa dengan caramu, yah."
Tanpa sadar aku menangis mengingat pesan berharga Bapak. Entah mengapa pagi ini aku begitu emosional dan benar-benar merindukan Bapak.
Aku masih menunggu kepulangan Bapak, tetapi belum aku lihat tanda-tanda kepulangannya.
"Wara! Wara!" Aku menoleh ke arah sumber suara.
Terlihat seorang lelaki paruh baya bercelana pendek dan memakai caping di kepalanya berlari ke arahku.
"Mang Yana. Kenapa, Mang?"