GENMUSLIM.id- Aku terus memandangi jam tangan tua berwarna hitam yang melingkar di tangan kiriku.
Jam tangan tua pemberian Bapak yang selalu aku jaga sampai hari ini.
Dulu Bapak memberiku jam tangan tua yang semula miliknya pemberian dari Kakek lalu dia wariskan kepadaku. Bapak memberi jam itu saat aku akan pergi kuliah dan meninggalkannya di kampung.
Bapak bilang hanya jam tua berwarna hitam ini yang bisa dia berikan padaku. Mendapat beasiswa kuliah di luar kota adalah hal yang paling aku syukuri termasuk juga Bapak.
Bapak selalu meminta maaf dan tak enak hati karena tidak bisa membiayai aku kuliah dan selalu membuatku jadi harus bekerja keras. Namun, aku tidak pernah berpikir begitu.
Kehadiran Bapak dalam hidupku juga hidup Ibu sudah cukup berarti bagiku.
Tinggal beberapa bulan lagi kuliahku selesai dan aku akan menjadi sarjana. Aku tidak pernah menyangka bisa mewujudkan mimpiku untuk berkuliah dan mendapat gelar sarjana.
Ini semua bukan hanya mimpiku, tetapi juga mimpi Bapak dan Ibu di kampung.
Baca Juga: Detoks Paru-paru Secara Alami Ala Thibbun Nabawi, Siap-siap untuk Terbebas dari Obat-obatan Kimiawi
Aku ingat bagaimana dulu Bapak berusaha keras untuk membiayai sekolah aku dan adik-adikku.
Bapak selalu memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Meskipun keluarga kami bukan orang berada, tetapi Bapak selalu berusaha.
Aku mendadak merindukan Bapak. Jam tangan tua berwarna hitam itu kupandang lekat-lekat.
"Hari gini masih pakai jam kuno begitu, udah buluk pula. Segitu susahnya kamu beli jam tangan baru, Seno?"