GENMUSLIM.id- Hari yang cerah untuk sekadar memancing di area sungai yang biasa tergenangi banjir, apabila musim hujan Nino dan teman-temannya akan melihatnya di sini.
Hanya melihat, sebab Nino dan teman-temannya yang kini tengah mengamati arus air bendungan itu tidak tinggal di pinggiran sungai, melainkan di kompleks sebrang yang sudah didesain sedemikian rupa untuk terhindar dari banjir.
Meskipun demikian, manusia hanya dapat berupaya dan Allah yang punya hak penuh atas hasil, Nino dan teman-temannya pernah satu kali merasakan banjir yang benar-benar meluapnya air sungai menuju kompleks tempat tinggalnya.
Banjir sebatas dada orang dewasa, dengan otomatis Nino sendiri pun tenggelam dibuatnya.
Saat ini musim kadang hujan kadang kemarau, sudah sulit menentukan kapan musim itu benar datang sesuai simpulan ajaran sekolah dasar. Kalau akhir nama bulan ada ‘-ber’ berarti musim hujan.
Tidak lagi nampaknya sekarang, hanya musim kawin yang tetap sama. Usai lebaran, terbitlah KUA.
Nino mempelajari itu tadi di sekolah, bukan ke KUA melainkan tentang banjir dan pemanasan global.
Setelah mempelajari itu, Nino lama memikirkan sebesar apa kompor yang dijadikan tungku untuk bumi sampai panas.
Seketika itu jidat Nino di'pletak' oleh kak Riri akibat melontarkan pertanyaan itu ke ibu guru di kelas, tidak, saat itu terjadi Nino sudah pulang ke rumah dan bercerita dengan bangga kepolosan atau kurang literasinya itu.
Mama hanya tertawa mendengarkan Nino, meski setelah itu menjadi muncul tanduknya karena Nino dan kak Riri yang ribut ditambah lagi ternyata baju Nino terkena getah pohon pisang.
Tidak tahu lagi kemana ia, sekolah atau kebun warga.
Tepat saat ini di terik matahari yang masih seperti pukul 12, padahal sekarang sudah menuju pukul tiga.