Putri berjalan memasuki tempat bermain biliar tersebut. Ketika menyadari ada seseorang yang mendekatinya, Deni langsung menoleh.
"Sedang apa kamu di sini? Pergi! Aku tidak mau melihatmu!"
"Mengapa hari ini kau membolos?" kata Putri sambil berdiri di
samping Deni.
"Jangan campuri urusanku! Pulang sana! Laporkan aku kepada wali kelasku!" bentak Deni.
"Aku tidak akan melaporkanmu kepada siapa pun! Aku hanya ingin jadi temanmu!" kata Putri sambil menatap Deni.
"Udah, pulang sana! Aku tidak akan jadi temanmu! Jangan karena kau punya kelainan jantung aku harus kasihan padamu dan menuruti perkataanmu!" kata Deni sambil mendorong Putri keluar dari tempat biliar.
Putri berlari menuju mobil, "Ayo, jalan Pak!"
"Deni, jam istirahat nanti, temui Bapak di kantor. Ada yang ingin Bapak bicarakan denganmu!" kata Pak Joko sebelum meninggalkan kelas pagi itu.
"Hmmm.. Rupanya kau mengadukanku ke Pak Joko ya? Tunggu pembalasanku!" Kata Deni dalam hatinya.
la kemudian melintas menuju kelas Putri, tetapi ia tidak mendapatkannya. Satu-satunya yang terlintas di pikiran Deni adalah ruang musik.
"Oh bagus! Jadi kamu udah laporin aku ke Pak Joko ya?" tanya Deni tanpa basa-basi setibanya di ruang musik.
Putri yang sedang memainkan pianonya terkejut dengan kedatangan Deni.
"Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengadukanmu kepada siapapun!"
"Kau memang pandai berakting, anak teladan! Kemarin di depanku kau berkata bahwa kau tidak akan mengadukanku kepada siapa-siapa. Sekarang, buktinya aku dipanggil oleh Pak Joko!" kata Deni dengan emosi.
la kemudian berjalan meninggalkan Putri di dalam ruang musik tersebut dan berjalan menuju ruang guru.