“Ati, kamu kemanakan sepatuku?” tanya Silmi tetap yakin kalau Ati yang melakukannya.
Bona meminta Rijal memanggil Pak Budiman untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
Tak berapa lama, Pak Budiman datang bersama Rijal.
Baca Juga: Cerpen Inspiratif: Sebuah Kisah Kakak Beradik Baya dan Bara Menjalani Hidup Sebagai Pengamen Jalanan
“Kenapa ini pada ngumpul di sini?” tanya Pak Guru.
Bona pun menceritakan kejadiannya kepada Pak Budiman dan beliau pun akhirnya paham duduk persoalannya.
“Silmi, sepatu kamu tadinya disimpan di mana dan kapan hilangnya?” tanya Pak Budiman mulai menyelidiki masalah ini.
“Saya simpan di rak sepatu depan kelas Pak, seperti biasanya. Tadi waktu istirahat sholat dzuhur, sepatu saya amsih ada. Pas mau pulang sudah tidak ada,” aku Silmi yang kini tidak beralas kaki itu.
“Kalau begitu, bagaimana kamu bisa yakin kalau Ati pelakunya?” tanya Pak Budiman.
“Aku dikasih tahu teman kalau kasus sepatu hilang sebelumnya itu gara-gara ulah Ati dan sudah beberapa kali. Jadi kupikir kali ini dia juga yang melakukannya, Pak!”
Pak Budiman berpikir sejenak. Seingatnya saat menyelesaikan kasus sepatu hilang beberapa hari yang lalu, Bona, Rijal, dan Ati sama-sama sudah sepakat untuk tidak menceritakan kejadian ini pada siapapun. Bagaimana bisa hal itu bocor dan kenapa ada kasus sepatu hilang lagi?
Baca Juga: Cerpen Remaja: Like a Guardian Angel, Kei yang Dingin dan Sikap Manisnya kepada Keira (Part 1)
Pak Guru bertanya pada Ati, “Ati, apa benar kamu yang menyembunyikan sepatu Silmi?”
Ati menggelengkan kepala sambil membela diri, “tidak Pak! Saya sudah berhenti melakukannya,”
“Sungguh?” tanya Pak Guru mencoba meyakinkan.
