Ia mendapat telepon dari ibunya. “Rai, aku harus pulang. Ada sesuatu dirumah.” ucapan Senja yang terkesan khawatir membuat Raina juga khawatir.
Raina membiarkan Senja pulang setelah berpamitan.
Ketika Senja membuka pintu rumah, ia menjatuhkan lututnya ke lantai. Ia menggelengkan kepala tidak percaya. Pasti ayahnya memukul ibunya lagi.
Senja menatap ibunya iba. Ia terisak saat ibunya mendekapnya. Hanum menggeleng disela tangisnya. Ia melerai pelukan antara ia dan putri semata wayangnya.
Membelai wajah putrinya. “doakan yang terbaik untuk ayah ya, sayang?” Senja menyeka air matanya. “sekarang ayah dimana Bu?” ibu Hanum menggeleng. Ayah Senja tadi pergi setelah mengamuk lagi.
Senja dan ibunya membereskan rumah sebelum ayahnya pulang. Ia tau pasti apa yang akan dilakukan ayahnya jika pulang saat keadaan rumah masih berantakan.
“Ja, dicari kak Rangga tuh?” teriakan ibunya mengalihkan kegiatan Senja berbenah. Ia langsung menemui Rangga yang ada di kursi depan rumah.
Saat Senja menyapa Rangga, Rangga justru diam saja sambil dahinya berkerut dalam. Ia mengamati Senja yang sibuk mengalihkan pandangan. “ tadi aku ketemu ayah kamu dijalan. Mukanya sama persis kaya aku yang pengangguran.” kini Senja yang dibuat tidak mengerti.
“Raina nangis setelah kamu pulang tadi.” Senja semakin tidak paham dengan situasi ini.
“Raina sakit, Ja.” Senja terbelalak saat mengetahui sahabatnya sedang sakit. Ia langsung menuju rumah sakit dimana Raina dirawat. Ia menahan tangisnya agar tidak pecah.
Setelah berpamitan dengan ibunya tadi Senja langsung bergegas dengan Rangga.
Baca Juga: Sebuah Puisi Cinta Karya W.S Rendra Berjudul: Surat Cinta
Senja merasa kecewa dengan dirinya. Betapa egoisnya ia pada Raina. Senja pikir Raina baik-baik saja selama ini. Nyatanya justru sebaliknya.
Senja menatap Raina yang terbaring di ranjang rumah sakit. Raina tersenyum pada Senja yang berusaha menahan tangis.