GENMUSLIM.id- Abdul Wahhab Al Massiri seorang cendekiawan Muslim dari Mesir, yang mempunyai pemikiran yang unik, khas, orisinil mengenai Islam dan pandangan hidup Barat, entah modernisme maupun pasca modernisme.
Lelaki yang lahir pada tahun 1935 di sebelah Barat Delta Sungai Nil ini mempunyai perjalanan pemikiran dan intelektual yang menarik, pada tahun 1950, Abdul Wahhab Al Massiri seorang anggota Ikhwanul Muslimin, pada tahun 1960 bergeser pada pemikiran Marxisme, setelah itu mengkritik epistemologi Barat, modernisme, hingga pasca modernisme.
Ketika mengkritik pemikiran Barat, terutama pemikiran pasca modernisme, Abdul Wahhab Al Massiri mendasarkan argumentasinya pada Islam, yang di dalam proyek intelektualnya tersebut, bagaimana Islam dijadikan paradigma filosofis untuk mengkritik ide-ide yang bertentangan dengan Islam.
Baca Juga: Muslimah Wajib Tahu! Tampil Cantik dan Berkualitas, Mengungkap Pentingnya Perawatan Kulit Halal
Di dalam buku Pijar-pijar Filsafat, Frans Magnis Suseno mengatakan, analisis mengenai modernisme dan pasca modernisme menggambarkan bahwa keduanya dipahami sebagai suatu periode atau tahapan peradaban Barat yang berjalan secara sinkronis di satu sisi dan diakronis di sisi lain.
Sinkronisasi dari modernisme menuju pasca modernisme merupakan argumentasi yang hampir sama sebagaimana ditegaskan oleh Jurgen Hebermas, bahwa pasca modernisme sebuah proyek lanjutan dari modernisme.
Di pihak lain, pendekatan diakronis melihat bahwa pasca modernisme sebuah kritik dan gerakan perlawanan terhadap modernisme itu sendiri.
Kritik terhadap modernisme yang dilancarkan pasca modernisme ini mengingatkan kembali suatu masa ketika modernisme lahir di Barat juga melakukan kritik terhadap doktrin gereja, yang membungkam aktivitas berpikir dan kerja-kerja ilmiah lainnya.
Ketika modernisme lahir dan menguasai panggung sejarah, juga menimbulkan efek-efek negatif, seperti manusia mengalami krisis spiritual, kesenjangan yang diakibatkan kapitalisme, kerusakan lingkungan, dan lain sebagainya.
Melihat realitas yang ditimbulkan oleh modernitas begitu mengerikan, kritik atas modernisme oleh pasca modernisme dianggap menuai kesuksesan, meskipun dalam beberapa sisi juga mengarah pada dehumanisasi pada aspek sosial budaya.
Di dalam buku Demokrasi Deliberatif, Budi Hadirman mengatakan, dalam arena politik, demokrasi yang merupakan anak kandung dari modernitas Barat juga tak luput dari kritik yang dilancarkan pasca modernisme.
Kritik tersebut lebih menekankan, bagaimana dalam sistem demokrasi terdapat problem pengambilan keputusan yang sarat akan kepentingan pihak-pihak tertentu, diputuskan berdasarkan suara terbanyak, yang pada titik tertentu menimbulkan otoritarianisme.