GENMUSLIM.id- Semenjak buku orientalisme karya Edward Said dipublikasikan dan diterjemahkan dalam banyak bahasa, para akademisi dari ‘dunia ketiga’ mulai bermunculan dan sebagian di antara mereka mendasarkan format pemikiran dari intelektual keturunan Palestina tersebut.
Sebagai intelektual yang mempunyai pemikiran kritis, Edward Said telah dianggap berhasil membuka watak asli orientalisme dalam mendefinisikan ‘Dunia Timur’ pada umumnya, dan dunia Islam pada khususnya.
Edward Said dalam bukunya orientalisme memakai pisau analisis posstrukturalis dari Michel Faucault, yang mengatakan, bahwa setiap pemikiran, wacana atau diskurus pengetahuan terdapat selubung kekuasaan yang menghendakinya.
Meskipun pemakaian analisis dari khazanah Barat, yakni Posstrukturalis, yang diajukan oleh Edward Said kelak dikritisi oleh juniornya, yakni Wael Hallaq.
Baca Juga: Sebuah Batasan dan Etika: Panduan Islam Dalam Berinteraksi dengan Lawan Jenis Tanpa Sebuah Ikatan
Di dalam bukunya Orientalisme, Menggugat Hegemoni Barat dan Menduddukkan Timur Sebagai Subjek, memotret bagaimana orang-orang Arab, orang-orang Palestina, dan dunia Islam pada umumnya direpresentasikan dan diperlihatkan kepada publik dunia sebagai orang-orang negatif.
‘Selama ini, kita bisa melihat bagaimana ‘orang Arab’ begitu mudah menerima transformasi dan reduksi-yang justru sangat tendensius-yang terus-menerus dipaksakan kepadanya. Kostum untuk reuni Universitas Princeton yang kesepuluh pada 1967, misalnya, telah direncanakan, sebelum ‘Arab’ dan Israel berperang di bulan Juni. Anehnya,motif kostum tersebut adalah motif Arab; jubah, igal, dan sandal. Segera sesudah perang berakhir, maka diadakanlah perubahan dalam susunan acara reuni. Dengan mengenakan kostum yang telah direncanakan semula, semua partisipan reuni itu kemudian diminta berjalan dalam barisan, dengan tangan diangkat di atas, seolah menunjukan sikap kekalahan orang-orang Arab yang hina. Beginilah orang Islam, Arab, dan seluruh dunia Islam pada umumnya ditampilkan. Dari suatu stereotip yang samar-samar sebagai seorang nomad pengendara unta menjadi karikatur yang mencerminkan kelemahan dan kekalahan.’
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental: Membebaskan Diri dari Ketergantungan, Meraih Manfaat Detoks Digital
Selain itu, Edward Said juga menampilkan representasi orang Barat terhadap dunia Islam dengan cerita lain, sebagai berikut
‘Bahkan, setelah perang yang terjadi pada 1973, bangsa Arab muncul sebagai sesuatu yang lebih mengancam. Kartun-kartun yang menggambarkan seorang Arab yang berdiri di belakang sebuah pompa bensin bermunculan di mana-mana. Potret orang Arab ini jelas mengandung rasisme, sebab digambarkan hidung yang bengkok dan pandangan matanya yang jahat menjadi pengingat bahwa orang Arab adalah sumber dari segala kesulitan ‘kita’.’
Jadi, meskipun orang Islam dan orang Arab pada khususnya mendapat perhatian yang banyak, mereka dianggap ‘pengganggu’ atau ‘teroris’ yang mengganggu kepentingan hegemoni dan penindasan yang dilancarkan oleh Barat dan penciptaan negara Israel pada tahun 1948.
Baca Juga: Tokoh Inspiratif Muslim, Mengenal ahli Tafsir dari Kalangan Sahabat ra, Berikut Penjelasannya!
Mereka ini seoalah tidak merasa bersalah terhadap perbuatan buruk dan kekacauan yang mereka timbulkan sendiri, lalu menganggap orang yang mengganggu kepentingannya distigmakan istilah-istilah yang berkonotasi buruk.
Apa yang dilakukan oleh ’orang Arab’ terhadap upaya penjajahan Barat maupun Israel merupakan hal lumrah, sebab bagaimana kita bisa menerima dan mempersilahkan maling di rumah kita sendiri?***