GENMUSLIM.id - Beberapa hari (atau minggu) belakangan ini, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi bahan bullyian abis-abisan di media sosial.
Mulai dari dukungannya terhadap Bobby Nasution di Sumut, pembatalan dukungan untuk Anies Baswedan sebagai Cagub DK Jakarta, dukungan terhadap eks-narkoboy Marshel Widianto di Tangerang hingga “mati rasa” terhadap manuver baleg DPR membatalkan keputusan MK tentang peraturan pilkada.
PKS yang setidaknya selama 10 tahun terakhir dianggap harapan terakhir masyarakat terhadap “kewarasan” negeri ini, sekarang dianggap sebagai bagian dari rezim perusak yg mendukung dinasti Jokowi.
Diksi “partai munafik”, “partai keluarga solo”, “tunduk sama oligarki”, “masuk kolam busuk”, dan sebutan lain yangg “ngeri-ngeri sedap” rame menghiasi komentar-komentar di media sosial.
Meski begitu, terlepas dari rasa kecewa para simpatisan, ada banyak logika berpikir yang tidak tepat terhadap PKS sehingga menghasilkan opini yang juga rancu.
Dikutip dari berbagai sumber di media sosial, berikut 7 cara berpikir yang salah tentang PKS versi GENMUSLIM.id:
Prabowo = Jokowi
Ini adalah kekeliruan awal, dasar dari kesalahan berpikir, bahwa bergabung dengan pemerintahan Prabowo adalah sama dengan bergabung dengan pemerintahan Jokowi.
Logika ini bisa dipahami karena kemenangan Prabowo karena dibantu Jokowi, dan wapresnya adalah Gibran anak Jokowi.
Namun, Prabowo punya gaya kepemimpinan, karakter, kompetensi, pengalaman dan jaringan internasional yang jauh berbeda dengan Jokowi.
Dan jangan lupa, hubungan PKS dan Prabowo sudah terjalin sejak 10 tahun yang lalu, sehingga chemistry-nya masih ada.
Beda dengan hubungan PKS dan Jokowi yang hanya terjadi sekali, dan itu pun tahun 2005 saat pilwakot kota Solo.
Tidak dukung Anies = Dukung Jokowi