GENMUSLIM.id – Maladaptive Daydreaming merupakan gejala dimana seseorang terjebak di dalam khayalan mereka sendiri karena, mereka melamun secara terus menerus.
Gejala Maladaptive Daydreaming ini mengabaikan hubungan dan kewajiban di dunia nyata.
Gejala tersebut hampir mirip dengan ADHD karena penderita Maladaptive Daydreaming ini sulit untuk berkonsentrasi melakukan aktivitas.
Untuk perbedaan berkhayal biasa dan berkhayal Maladaptive Daydreaming yaitu terletak pada bagaimana khayalan tersebut bisa membuat keterikatan emosional yang kuat dengan seseorang.
Baca Juga: Kenali 4 Jenis Hormon Dalam Tubuh Manusia yang Mengatur Kesehatan Mental, Apa Saja? SIMAK DI SINI!
Keterikatan emosional itu umumnya bisa menggantikan rasa sakit hati ataupun trauma yang mereka alami di dunia nyata.
Tapi sayangnya, hal itu malah menyebabkan penderita mengalami tekanan klinis dan juga gangguan pada fungsi kesehatan.
Seperti halnya ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, OCD atau Obsessive Compulsive Disorder, dan depresi.
Berdasar informasi yang dilansir Genmuslim dari hellosehat, pada Sabtu, 19 Agustus 2023, Kondisi Maladaptive Daydreaming pertama kali diidentifikasi dan diberi julukan oleh Eli Somer, yaitu seorang professor dari Psikologi Klinik University of Haifa, Israel.
Baca Juga: Bahaya! Generasi Z Rentan Alami Masalah Kesehatan Mental! Ini Jenis Gangguan Mental pada Remaja
Lalu pada tahun 2011, seorang psikologi bernama Cynthia Schupak dan seorang aktivis bernama Jayne Big Elsen melakukan sebuah penelitian pada penderita maladaptive daydreaming.
Hal itu tercantum pada jurnalnya yang berjudul Compulsive Fantasy: proposed evidence of an under-reported syndrome through a systematic study of 90 self-identified non-normative fantasizers.
Penelitian tersebut melakukan identifikasi pada 90 orang yang mengaku menderita Maladaptive Daydreaming.
Lalu hasilnya membuktikan bahwa sekitar 79 persen melaporkan mengalami sebuah ikatan secara emosional dengan dunia khayalan yang mereka buat.
Selain itu, mereka juga mengaku bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mengatasi khayalan yang cukup mengganggu dunia nyata mereka.