Andros adalah seorang Yunani, pria yang sudah tua, kekuatannya mencerminkan seorang pria yang amat menikmati hidup di dunia. Dan Andos lah sahabat yang cocok untuknya, sebagai mentor sekaligus sahabat yang mampu membimbingnya.
Dalam pertemuannya dengan Andros, Giorgiou mengungkapkan kegelisahan hidup yang ia alaminya:
“Betapapun indahnya dunia, tak ada satupun yang mampu mengisi kehampaan ini. kurasakan kakiku kian berat dan goyah lantaran telah mencari berbagai macam jawaban. Agaknya aku mencari di tempat yang keliru. Aku tersesat, sampai akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa sebaiknya aku belajar bahagia dengan segala yang kumiliki di sini. Atau mungkin ada yang lebih dari semua itu. Kukira tugas utamaku ialah belajar menjadi bahagia dengan diriku sendiri, apa adanya” (Hal. 18)
Andros membisu dan menyimak apa yang dikatakan sahabatnya itu. Ia bijak dan tak terburu- buru menghakimi apa yang dikatakan sahabatnya itu.
Pada saat yang sama Andros dengan gaya bijaknya bertanya kepada Giorgiou “Apakah kau pernah mendengar nama Rumi?” Giorgiou terdiam dan menggelengkan kepala.
Kemudian Andros menceritakan perihal kisah Rumi dari mulai sajak-sajaknya hingga kisah hidup sang sufi.
Andros mulai membacakan puisi Rumi, yang menjadi awal perkenalan dan tergugahnya hati sang pemuda, Giorgiou.
“Semalam seorang laki-laki merengek, Allah! Allah!
Bibirnya penuh puja puji manis.
Sampai terdengar kata-kata sinis,
Cukup! Aku telah mendengar doamu, namun apakah kau pernah,
beroleh balasan?
Ia tak punya jawaban untuk itu.
Ia berhenti berdoa dan jatuh terlelap dalam kebingungan.