Seperti salah satu dari anjing-anjing itu”
(Hal. 20)
Pasca peristiwa itu Giorgiou membawa buku kumpulan sajak Rumi yang diberi oleh sahabatnya.
Dalam kesendiriannya, Giorgiou tak tahu apa yang harus dilakukan, hingga ia teringat buku pemberian Andros.
Ia mencoba membuka dan membaca puisi yang nanti sebagai peletup semangat untuk berkelana mencari di mana Maulana Rumi menulis puisinya.
Segenap zarah semesta
Berada dalam cinta kasih dan mencari para pecinta
Tangkai-tangkai jerami menggigil
Di hadapan cahaya kekuningan
(Hal. 22)
Puisi ini menusuk kalbunya, suara- suara Rumi terus menggema dalam pikirannya, ia membulatkan tekadnya untuk pergi mencari cinta ke kota Konya, Turki. Tempat Maulana Rumi menulis sajak- sajaknya.
Dalam perjalanannya sang pemuda banyak bertemu dengan para Rahib dan pertapa-pertapa dan kaum sufi.
Dari mereka ia mendapat banyak pelajaran hidup yang selama ini ia cari, cinta, kehampaan dalam menjalani hidup, kering dan tak tahu hakikat dari hidup berkat bantuan tak kasat mata.
Perlahan-lahan, Ia belajar mendengarkan bisikan hatinya, semakin dekat ia dengan kota Konya dan makam Maulana Rumi, semakin kagum pula ia dengan kekuatan takdir yang membawanya menyelami hidup yang penuh dengan cinta.