GENMUSLIM.id - Akhir-akhir ini, masalah bully yang berujung pada kematian memang makin marak terjadi.
Sayangnya, bully ini sangat rentan terjadi di lingkungan sekolah atau instansi pendidikan.
Hubungan antara korban dan pelakunya tidak hanya terjadi antarteman, tetapi juga terjadi antara guru dan siswa, bahkan antara guru dan orang tua siswa.
Belum lama ini, seorang guru konseling di Korea Selatan bunuh diri saat ditugasi mengatasi kasus bully di sekolahnya.
Baca Juga: 8 Aplikasi Berbasis AI untuk Membantu Pembelajaran, Guru Wajib Segera Download Aplikasinya
Dilansir Genmuslim dari akun twitter @tang__kira, “Banyak spekulasi yang muncul hingga saat ini termasuk teror yang diterima oleh guru SD tersebut dari orang tua siswa yang tidak terima anaknya dianggap sebagai pelaku bully.”
Sang guru pernah meminta sampai 10 kali untuk berhenti menjadi konselor yang menangani kasus bully di sekolahnya.
Lanjutnya, "Guru tersebut merasa tidak capable dan tertekan karena orang tua murid terus melakukan gaslighting bahwa kelakuan anak mereka di sekolah adalah salahnya."
Tindakan meneror, yang dalam kasus ini dilakukan oleh orang tua siswa, merupakan salah satu contoh bully verbal. Bahkan, meluas menjadi bully sosial karena sang guru terus-menerus diteror oleh 4 orang tua siswa di kelasnya.
Dapat dibayangkan, jika menghadapi satu teror saja sudah cukup melelahkan, apalagi diteror 4 orang tua siswa yang diterimanya secara terus-menerus, bahkan bisa 24 jam.
Berita ini tentunya menjadi berita duka bagi seluruh tenaga pendidik.
Bagaimana para pendidik harus menyikapi sikap orang tua yang terkesan menyalahkan guru setelah mereka menyerahkan anak mereka ke sekolah.
Ada hal yang perlu diluruskan di sini: sekolah bukanlah tempat penitipan anak agar orang tua bisa tenang dalam mencari uang.