Para filsuf memang menemukan jawaban masing- masing sesuai zamannya; ada filsuf mengatakan esensi kehidupan ada dalam diri dan masing-masing filsuf berbeda pandangan atas kehidupan.
Dan itulah yang dialami Leo Tolstoy.
Ia terus mencari tahu apa makna kehidupan, dalam dirinya selalu bertanya “Apa makna kehidupan?” “Tak ada” atau “Apa yang akan terjadi pada hidupku?” “Tak ada” dan mengapa semua itu ada dan mengapa aku ada?” “Karena ada”
Begitu banyak yang ia tempuh untuk mencari makna kehidupan. Dari sesama penulis, filsafat Yunani klasik hingga membaca buku-buku filsafat Immanuel Kant dan Arthur Schopenhauer.
Dari mereka, Tolstoy mulai merumuskan jawaban- jawaban hidup yang ia cari.
Dari dua Filsuf itu ia mulai menemukan jawaban kegelisahan atas hidupnya.
Setidaknya memuaskan kegelisahannya bahwa Tuhan yang selama ini ia cari tak bisa dibuktikan dengan akal.
Banyak pelajaran yang ia dapatkan setelah itu.
Tolstoy mulai menemukan apa yang ia cari.
Mulai dari ia tak sepenuhnya percaya dengan rasionalisme.
Rasionalisme menurutnya tak memberi sedikitpun makna kehidupan yang selama ia cari.
Dari sana menjadi titik balik kehidupan dan tulisan- tulisan Tolstoy.
Baca Juga: Keputihan Tiada Henti, Bahayakah? Cek Selengkapnya Disini!