Kisah Inspiratif: Berbagai Amalan Saat Menuntut Ilmu dari KH Munawwir, Kyai Besar Pesantren Krapyak Yogyakarta

Photo Author
- Rabu, 9 Agustus 2023 | 09:35 WIB
Pondok Pesantren Al Munawwir, yang Didirikan Oleh Ayahanda KH. M. Munawwir (GENMUSLIM.id/ Instagram/almunawwir.com)
Pondok Pesantren Al Munawwir, yang Didirikan Oleh Ayahanda KH. M. Munawwir (GENMUSLIM.id/ Instagram/almunawwir.com)

"Kyai Ahmad adalah salah satu putra Mbah Munawwir yang ahli Al Quran, suaranya bagus, halus, bahasanya ringan. Saya sudah sering mengikuti beberapa pertemuan khatamani (bersama Mbah Mad) masyaAllah, bahasanya halus, ringan dan fasih.” kata KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir atau biasa dipanggil Buya Hamid.  

Mbah Mad Krapyak fokus mengajar Al-Qur'an dan merintis keseharian Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek L.  

Baca Juga: Dugaan Pelecehan Seksual Miss Universe Indonesia Mencuat, Begini Islam Mengatur Perihal Menutup Aurat Wanita!

Mbah Mad mengajarkan Al-Qur'an setelah Magrib sampai jam 11, kemudian dilanjutkan sholat Isya berjamaah jam 12 malam.

Santrinya pernah berkembang menjadi 5 orang, 4 orang membaca Al-Qur'an bi nadzr dan 1 orang menghafal Al-Qur'an bil ghoib.

Mbah Mad kemudian menerima setoran subuh dan siang bagi santri yang menghafal ghoibbil. 

Setiap bulan, Mbah Mad pergi dari masjid ke masjid bersama komunitas sima'an. 

Baca Juga: Kisah Inspiratif : Al Barra bin Malik, Saudara Anas bin Malik Dijuluki Sang Pahlawan Perang Tustar

Pada hari-hari tertentu, Mbah Mad membacakan sima'an Al-Qur'an, kemudian menjelaskan isi Al-Qur'an. 

Beliau juga memberikan ijazah, doa atau hizib ayat-ayat yang isinya dijelaskan.

2. M. Munawwir dikenal sebagai seorang yang istiqamah dalam beribadah. 

Salat wajib dan sunnah rutin dikerjakan, wirid Al-Qur'an selalu ia khatamkan sepekan sekali, biasanya setiap hari kamis. 

Sifat muru'ah cerminan dari kerapiannya berpakaian.

Baca Juga: Ditugasi Menangani Perundungan Malah Dibully, Guru Konseling di Korsel Bunuh Diri Diteror Orang Tua Siswa

Ia terus menerus mengenakan tutup kepala (kopiah atau serban), berpakaian sederhana, dan terkadang mengenakan pakaian dinas Kraton Yogyakarta saat menghadiri acara resmi keraton.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nauveliawati Nur Al-Fathonah

Sumber: almunawwir.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X