fiksi

Cerpen Tentang Kehidupan Karya Izzatul Jannah: Perempuan Suamiku

Selasa, 18 Juli 2023 | 18:02 WIB
Ilustrasi cerpen tema kehidupan berjudul 'Perempuan Suamiku' karya Izzatul Jannah (GENMUSLIM.id/dok: Pixabay/RiaKartika)

GENMUSLIM.id — Sebuah cerpen di bawah ini bercerita tentang lika-liku kehidupan, terjadinya peristiwa yang menggores luka dan tidak pernah disangka.

'Perempuan Suamiku' adalah judul cerpen di bawah ini yang merupakan sebuah karya dari Izzatul Jannah.

Dari judul yang tertera 'Perempuan Suamiku', tampak cerpen ini bukan cerpen cinta-cintaan ala remaja, melainkan tragedi dalam kehidupan yang membuat sedih.

Begitulah kehidupan, senang dan bahagia tidak selalu ada pun kesedihan tidak juga selamanya. Apalagi untuk orang yang sudah berumah tangga, cobaan hidup akan ada saja yang menerpa.

Baca Juga: Lagi, Viral Pria Bunuh Diri, Ternyata Masalah Kesehatan Mental Meningkat Tiap Tahun dan Didominasi Anak Muda

Inilah cerpen yang bertema tentang kehidupan dengan judul 'Perempuan Suamiku' karya Izzatul Jannah.

Gundukan tanah itu masih merah dan basah, dengan gunungan mawar yang terpotong bercampur kenanga dan sedikit melati.

Harum bunga-bunga bercampur wangi khas kamboja. Angin terlipat pada tepi gundukan basah itu, jika saja kering tentu angin menari bersama sejumput tanah.

Ada seseorang yang terkasih berbaring diam pada tanah yang lembab, wajahnya sunyi dengan pejam
yang abadi.

Ia berbaring miring menghadap kiblat dengan punggung yang bersandar papan kayu dan berbantal bola tanah yang merah. Ia adalah suamiku.

Seseorang yang bertahun-tahun mendampingiku dalam suka, bahagia, duka, dan lara membesarkan ketiga anak laki-laki kami hingga mereka sarjana, bahkan ada dua yang lulusan luar negeri.

Kebahagiaan duniawi terpampang menyesakkan dada, melambungkan nama orangtua seperti kami. Aku sudah merelakan Wijaya pergi.

Baca Juga: Puisi Islami Karya Gus Mus: Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana

Wijaya, itu nama suamiku. Seseorang yang sukses dalam bisnisnya, sekaligus sukses Insya Allah dalam ukhrawinya. Ia memiliki pabrik tekstil nomor dua terbesar di kota kami.

Ia juga mengelola pesantren yang memiliki santri berjumlah ribuan. Abdullah Wijaya adalah ayah yang hampir tanpa cacat.

Halaman:

Tags

Terkini