“Apakah.. apakah kamu memiliki anak?” tanyaku tiba-tiba.
Perempuan itu terkesiap. Aku menanyakan hal itu sebab boleh jadi sang anak akan menanyakan hak-haknya atas suamiku setelah ia meninggal. Aspek hukum sangat kufahami.
Baca Juga: Cerpen Islami: Doa Sang Marbot Masjid Karya Reja Anwar Fauzi
“Pu.. punya.. tetapi, tetapi saya dan anak perempuan saya tidak akan meminta apa-apa atas hak waris Bapak, sebab.. sebab seluruh hidup kami selama Bapak masih hidup telah tertopang dengan baik,” buru-buru Sholihah menjelaskan seakan ia takut aku menuduhnya hendak mengambil hak warisnya.
“Bapak sangat menyayangimu ya?” aku mengalihkan perhatian.
“Ia sangat mencintai, Ibu,” jawabnya.
“Berapa usia Bapak ketika menikahimu, Sholihah?”
“Lima puluh empat, Bu.”
Hatiku bergetar. Wijaya, suamiku, sudah terkena diabetes akut sejak usia lima puluh tahun, ia sudah tidak mampu lagi berfungsi penuh sebagaimana laki-laki sehat. Walaupun tubuhnya masih gagah.
Aku tercekat. Memaknai betapa kerdil jiwaku dan betapa mulia Wijaya. Mengangkat seorang janda sebab ingin memuliakannya, bukan karena kenikmatan semata.
“Apa yang Bapak minta kalau mengunjungimu, Sholihah?” tanyaku.
“Hmmm, Bapak.. Bapak hanya minta dipijit, Bu,” kata Sholihah pelan dan terbata.
Ada yang mengiris hatiku hingga berdarah-darah. Maafkan aku, Mas…***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.