GENMUSLIM.id — Cerpen inspiratif islami di bawah ini berjudul 'Bersua dalam Ranah Cinta'.
Selama napas masih mengalun di setiap hembusan
Rima detak masih bersemayam di urat nadi
Darah tak henti mengalir dan bersikulasi
Selama itu pulalah harapan itu ada
Ia hidup dan tumbuh dalam setiap derap langkah kita
(Merita Dewi)
Kupandangi lekat-lekat sekali lagi rentetan aksara dalam layar monitor persegi empat yang ada di hadapanku. Tertera begitu jelas namaku yang lengkap dibubuhi NISN-ku, tanggal, bulan dan tahun lahirku.
Ya, aku dinyatakan lulus di Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Rasa tak percaya sempat menyelimuti seisi kepalaku saat itu. Betapa tidak, usaha untuk dapat mencicipi bangku perkuliahan dengan melalui berbagai cara dan proses, dari Perguruan Tinggi Negeri, Ikatan Dinas, bahkan Swasta pada akhirnya pun selesai.
Baca Juga: Dari Perempuan yang Menyimpan Belati di Dalam Tubuhnya Sendiri
Beruntung sekali, jerih payahku ternyata menempatkanku di sini, di tempat ini, di sebuah kampus yang bernama Universitas Riau.
Aku pun sejak saat itu resmi menjadi seorang mahasiswa di kampus UNRI. Aku sangat begitu bahagia, lantaran aku yang bertempat tinggal di Riau menjadi tak perlu jauh-jauh ke negeri orang untuk menuntut ilmu.
Satu persatu teman-temanku mengucapkan "selamat" atas kelulusan itu. Ada yang melalui telepon, "Selamat sudah lulus, Rin," ucap Hendrik dalam percakapan kala itu.
Juga di sosial media, "Selamat Kak, atas kelulusan di Universitas impian," ucap salah seorang adik kelasku via direct message di instagram.
Dan juga saat bertatap muka sewaktu acara berbuka puasa bersama di kawasan lingkungan sekolah ketika itu,
Baca Juga: Prosa di Penghujung Juli: Dan Inilah Segala Resahku yang Tak Kunjung Sudah
"Selamat menempuh hidup baru, Rin. Eh, pendidikan baru maksudnya," kata Aliyah yang ketika itu mengambil takjil di sebelahku, dan saking tergiurnya dengan hidangan sampai tidak fokus dengan apa yang dilontarkan.
Rasa syukur yang tiada terkira senantiasa kuhadirkan selalu kepada sang Rahim, yang Maha Menyayangiku dalam setiap waktu.
Meski ini bukan perguruan tinggi impianku—karena ia telah gugur lebih dulu ketika aku memilihnya dalam proses Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).