Dalam waktu yang hampir bersamaan, aku juga dimasukkan ke dalam kelompok kecil, kelompok lingkaran cinta namanya.
Orang-orang sering menyebutnya dengan liqo, halaqoh dan ada juga mentoring. Di sini aku dibimbing oleh seorang murabbiyah.
Ia yang memperhatikan bagaimana kepribadianku, ibadah-ibadahku, bahkan lingkup interaksiku. Seminggu sekali tak jarang ia memberikanku nasihat-nasihat yang indah.
Betapa suasana seperti ini yang kurindukan selama ini. Bersua dalam ranah yang penuh cinta. Merajut kasih dalam naungan ukhuwah. Ya Rabbi, senantiasa kuhaturkan syukur yang tak terukur kepadaMu.
Semulus itukah perjalananku menuju perubahan menjadi lebih baik? Tentu saja tidak. Ada yang sangat mendukung perubahanku ini, ada pula yang menentangnya. Namanya juga kehidupan, pastilah terdapat dua sisi yang berlawanan.
Aku menemukan berbagai macam rintangan juga godaan yang tidak sedikit. Mulai dari dikatakan sok alim tingkah laku saja masih belum benar, percuma berjilbab besar tetapi perkataan masih suka menggunjing orang, urus saja diri sendiri tidak usah mengurusi urusan orang lain, dan banyak lagi yang lain-lainnya.
Tidak hanya dari perkataan-perkataan yang begitu menyudutkan, godaan itu juga datang dari sosok kaum lawan jenis yang silih berganti datang mendekati.
Tidak mudah memang menghadapi beraneka macam hal yang menghujat yang terkadang datang dari orang yang paling dekat dengan kita.
Belum lagi kadar keimanan dalam diri yang tidak menentu, kadang berada di atas dan tidak jarang mencapai titik terendah.
Bagaimanapun duri-duri itu begitu tajam menancap, menggoreskan luka hingga menganga, tak sekalipun kuizinkan langkahku berhenti dan berpaling arah. Tetap kujaga selalu keping-keping semangat yang mengharu biru itu.
Harus kuakui, jalan ini begitu terjal dan sulit untuk kulalui. Tapi dari orang-orang yang tidak selamanya menyenangi tutur kata dan sikapku itu, aku menjadi belajar bagaimana tetap bersikap menghangatkan di tengah buncahan rasa ingin sudah dan menyerah saja.
Juga belajar bagaimana tidak rapuh dan tetap kuat, di tengah tebaran cela yang begitu mencuat.
Dari orang-orang yang tetap stay bersama dan mendukungku, aku menjadi faham betapa banyak sekali kasih sayang dan cinta yang tercurahkan untukku.
Dari orang-orang yang beriringan langkah denganku, aku pun menjadi lebih terarah dalam melangkah. Sebagaimana kata-kata motivasi diri yang pernah kutorehkan dalam sebuah tulisan, untuk menguatkan niat kita butuh penyemangat.
Untuk meneguhkan pilihan hati kita butuh asupan kasih. Dan untuk menegarkan langkah, kita butuh banyak sekali asupan cinta.