Cerpen Inspiratif Islami: Bersua dalam Ranah Cinta

Photo Author
- Sabtu, 15 Juli 2023 | 05:28 WIB
Ilustrasi cerpen inspiratif Islami dengan judul 'Bersua dalam ranah cinta' (GENMUSLIM.id/dok: Pixabay/congerdesign)
Ilustrasi cerpen inspiratif Islami dengan judul 'Bersua dalam ranah cinta' (GENMUSLIM.id/dok: Pixabay/congerdesign)

Maka, kusibukkan saja diriku dalam berbagai agenda perkuliahan dan sedikit mulai belajar berorganisasi juga memperbanyak relasi.

Memasuki pertengahan semester satu ketika itu, kusempatkan menghubungi beberapa orang temanku yang kini tengah menempuh pendidikan sama halnya denganku tetapi di perguruan tinggi yang berbeda.

Kehidupan baru yang cukup mengesankan di sini membuatku rindu ingin segera mengisahkan kepada mereka. Nyatanya gayungku bersambut dengan sangat baik, mereka juga rindu dan ingin berbagi banyak kisah denganku.

Di antara mereka ada yang tidak terbiasa dengan kehidupan kost, alhasil sering pulang kampung setiap minggu. Ada juga yang sebelumnya gagal masuk sekolah tinggi angkatan, lalu memutuskan masuk perguruan tinggi swasta, tapi kini sudah mulai menikmatinya.

Ada yang sigap memutuskan ikut organisasi resimen mahasiswa, dan asyik dalam kegiatan kemiliterannya itu. Banyak lagi yang lainnya yang membuatku terkagum-kagum dengan mereka semua.

Di antara kebanyakan mereka ada beberapa kisah sangat menarik hingga membuat darahku berdesir tatkala mendengarnya.

"Rin, di sini aku mulai terbiasa dengan lingkungan baruku. Aku memutuskan untuk tidak lagi berpacaran, karena itu perbuatan yang mendekati zina. Dan itu sangat di larang dalam agama kita."

Ucapan itu berasal dari seorang temanku yang bernama Dian, ia dari ujung pulau Jawa, Universitas Muhammadiyah Malang.

Aku sependapat dengan Dian, sebenarnya juga itu hal yang paling aku hindari saat ini, meski aku belum benar-benar mampu mengolah perasaanku yang seringkali kutakutkan menjadi bumerang untukku sendiri.

Ada juga perkataan dari temanku lainnya yang juga membuat jantungku berdegup kencang,

"Kamu masih ingat Kak Ayi, Rin? Aku sudah sedikit demi sedikit mengikuti jalan hidupnya. Aku ingin lebih dekat lagi dan mengabdikan diri untuk agama. Aku ingin hijrah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Rin," jelas Nisa dari sekolah tinggi ekonomi bisnis di ibukota negara Jakarta sana.

"Oh ya Kak Ayi, kakak kandung Nisa itu kan? Iya aku masih ingat sekali, sa." jawabku kemudian.

Kak Ayi adalah salah satu sosok muslimah belia yang cukup kukagumi ketika SMA. Mulai dari busana dengan kerudungnya yang tebal dan panjang, tutur katanya yang lembut lagi teratur, sampai kepada kecerdasan yang membuatnya tampak anggun dan begitu mempesona.

Dan, hijrah? Satu kata itu berhasil mengusik pikiranku, setelah mendengar dari teman-temanku itu. Kata itu menjelma syahdu dalam kalbu. Apa aku nanti bisa seperti itu, membenahi diri dan segala tingkah lakuku?

Dan sebenarnya, tidak hanya Dian dan Nisa yang ceritanya begitu menyentuh kalbu. Di lingkungan kampus, aku juga sering berinteraksi dengan kakak-kakak satu program studi, yang busananya begitu tertutup dengan kerudung panjang dan lebar yang menambah asri tampilan dirinya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Merita Dewi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X