"Lebih baik, kita tanyakan saja langsung pada kucingnya, biar dia yang jawab!" usul Bona.
"Yang benar saja, kucing bodoh itu mana bisa bicara," cibir remaja itu disertai gelak tawa teman-temannya.
"Asal kalian tahu ya, yang kalian lakukan itu benar-benar jahat dan tidak manusiawi! Kita kan manusia, harusnya melindungi bukan mendzalimi. Apalagi kucing adalah hewan kesayangan Rasulullah, tak akan kubiarkan kalian menyakitinya, meskipun kalian pemiliknya," bentak Ali terbawa perasaan si kucing.
"Alah, masih kecil juga berlagak menasihati kayak orang tua," sewot gadis remaja tadi.
"Sudah-sudah, sekarang biar kucing itu yang pilih, mau kembali atau tetap di sini," ujar Bona tegas.
Kali ini si pemilik kucing, menyetujui meskipun matanya tampak tidak senang.
Kucing itu kemudian memilih Ali dan menggelayut di pelukannya.
"Kucing kurang ajar! Hey, anak kecil, kamu harus bayar ya! Kucing itu ladang penghasilanku," ketus perempuan itu.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama, Pembangunan Gedung Kantor BPS Kabupaten Lampung Tengah
Dari balik pintu muncullah Ayah Ali.
"Biar saya yang bayar. Berapa harga kucing itu?" tanya Ayah Ali.
"Harganya mahal," jawab gadis itu mulai takut karena berhadapan dengan orang dewasa.
"Saya akan bayar, ini cuma kucing murah. Lebih murah daripada harga masuk rehabilitasi anak nakal yang suka menyiksa hewan," jawab Ayah Ali dengan nada menyeramkan.
Teman dari gadis remaja itu berbisik-bisik.