Nino kini bersama papa dalam cerpen ini memaknai kepergian ke kampung halaman.
Seperti biasa Nino dikuatkan oleh Papa dalam cerpen ini.
Matahari tepat di atas kepala, sekolah yang direnovasi membuat Nino memiliki jadwal sekolah siang hari.
Kak Riri sudah lama pergi, membuat Nino hanya asik sendiri di rumah. Setelah menyiapkan semuanya dan mandi Nino sholat Dzuhur di masjid.
Sepulang dari masjid, Nino pergi ke sekolah diantar mama menggunakan sepeda motor.
Jarak sekolah Nino tak begitu jauh dari rumah hanya memakan waktu kurang lebih 10 menit yang membuat mama tak begitu buru-buru mengantarkannya.
Sesampainya di sekolah, Nino lekas menemui teman-temannya yang lain menyapa dan bercerita bahwa sekolah siang membuat mereka malas.
Belum lagi saat jam pelajaran sangat mengantuk dan butuh tidur, sebab memang jam tidur siang.
Mau bagaimana lagi, semuanya harus tetap mereka jalani sebagai dukungan supaya gedung sekolah tetap bisa jadi tepat waktu.
Nino menyapa Roni dan Riko yang baru datang, mereka bonceng tiga yang membuat Nino menanyakan kenapa bisa begitu.
"Roni tidak ada yang mengantar, jdi ikut aku" ucap Riko menjelaskan kondisi mereka.
Tidak lama dari itu Kevin datang dengan jahilnya melempar ular mainan membuat semua menjerit dan Kevin tertawa.
Melihat itu, Nino dan yang lain mengejar Kevin yang berakhir mereka bermain kejar-kejaran.
Tidak lama sekolah mengeluarkan bel tanda masuk dan pelajaran akan segera dimulai.
Pembelajaran dimulai dari pukul dua siang hingga nanti pukul lima sore, semua melakukan pembelajaran.
Terlihat wajah-wajah di sekolah yang begitu lesu sebagai tanda mengantuk.
Waktu berlalu begitu lama, terlebih kelas Nino kali ini pelajaran matematika. Semakin rasa mengantuk menari di kepala.
Riko tertidur dan ditegur oleh Nino sebelum ketahuan guru. Saat bangun ia tersenyum menampilkan deretan giginya.
Tidak terasa waktu pun datang juga yang ditunggu, jam kepulangan.
Semua anak berduyun-duyun keluar sekolah menemui orang tua yang telah menjemput mereka.
Roni dan Riko pun kembali bonceng tiga tanpa pengaman apa pun, sedangkan Nino masih menunggu mama yang nampaknya sedikit terlambat untuk menjemput.
Nino menunggu hampir 10 menit lamanya membuat di depan sekolah cukup sepi, disebabkan rata-rata sudah pulang.
Sebuah klakson membuyarkan pandangan Nino yang sedari tadi memainkan genangan air menggunakan ranting pohon
Ternyata yang menjemput papa yang baru pulang dari kantor.
"Papa baru pulang?" Tanya Nino.
"Iya, tadi macet. Maaf ya, nak" Nino mengangguk mengiyakan.
Saat menuju pulang, Nino melewati kecelakaan lalu lintas yang teridentifikasi seragam sekolah Nino.
"Temen Nino atau bukan?" Nino mencoba melihat dari dalam mobil.
Betapa terkejutnya ia saat melihat itu adalah Roni dan Riko yang tergeletak di aspal.
Roni yang berada jauh dari motor dan Riko berada tepat di bawah mobil.
Nino histeris melihat itu dan seketika menangis.
"Papa, itu Riko sama Roni" Papa hanya diam dan membiarkan Nino menangis hingga sampai rumah.
Mama yang melihat Nino menangis langsung panik dan bertanya kenapa.
Papa menjelaskan tentang kejadian yang baru saja ditemui mereka, termasuk histeris Nino.
Mama memeluk Nino dan menenangkannya, setelah itu ia diminta mandi dan berganti pakaian.
Usai itu, Nino diajak papa mengobrol sembari menunggu waktu mendekati magrib.
"Apabila kita melihat atau mendengar atau merasakan atau mengalami hal tidak mengenakan, maka apa yang harusnya kita ucapkan?"
"Subhanallah" Papa tersenyum mendengarnya, sedangkan Nino hanya terus memandangi kakinya.
"Mari kita doakan yang terbaik untuk Riko dan Roni. Apa-apa yang terjadi adalah kehendak Allah, masing-masing dari kita harus yakin bahwa Allah punya rencana yang baik, nak"
"Apa gak boleh sedih pa?"
"Boleh. Sangat boleh, itu manusiawi. Tapi, harus juga ingat bahwa semuanya InsyaAllah baik bagi Allah dan tentu kita selaku hamba"
Papa memeluk Nino dan seakan mentransfer kuat ke anak laki-lakinya tersebut.
Azan magrib berkumandang, papa dan Nino sesegera mungkin menuju masjid untuk sholat berjamaah.
Tidak lama setelah waktu magrib tiba, terdengar kabar bahwa Riko tidak selamat dari kecelakaan.
Mendengar hal itu Nino dan papa seketika mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, sebagai bentuk doa dan rasa kehilangan.
Nino tak luput dari tangisnya. Kembali tangisnya menguap dan meminta diantar papa untuk ke rumah Riko takziah.
Esok hari sekolah diliburkan sebagai bentuk bela sungkawa untuk mengantarkan Riko ke tempat istirahat terakhirnya.
Roni sendiri hanya bisa menangis dari rumah sakit karena kondisinya yang tidak memungkinkan keluar, karena masih harus dirawat.
***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.