Hal itu disambut dengan sorak sorai dari semua penghuni kelas termasuk Bona, akhirnya pelajaran hari ini tidak lagi berbasis buku.
"Sebelum video ini diputar, ada yang ingin Bapak sampaikan dan ini yang harus kalian camkan baik-baik. Mau didengar tidak?" tanya Pak Rudi yang nadanya lebih mirip ancaman karena suara khas bapak-bapak yang berat.
"Mauuuuu!!" jawab para murid serempak.
"Video ini akan memperlihatkan kepada kalian saat-saat terjadinya penculikan para Jenderal TNI yang setia kepada negara. Pelakunya adalah orang Indonesia sendiri yang berkhianat dan banyak memengaruhi rakyat sehingga timbul perpecahan di sana-sini yang disebut dengan kelompok PKI. Jadi, film ini jangan kalian anggap seperti film hiburan, karena ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi. Keluarga korban juga masih ada yang hidup sampai sekarang. Sampai sini ada pertanyaan?"
Penjelasan Pak Rudi malah membuat mereka semakin penasaran dengan film yang akan diputar.
"Berarti PKI itu berbahaya, Pak?" tanya seorang murid di barisan belakang.
"Nanti kalian tonton sendiri. Di akhir film Bapak akan memberikan beberapa pertanyaan sebagai kuis. Yang tidak bisa jawab berarti tidak menyimak filmnya," tekan Pak Rudi.
"Siap ya, filmnya akan Bapak setel. Jangan ada yang ribut!" himbau guru Sejarah itu lagi.
Film pun diputar oleh Pak Rudi dan semua murid tampak menonton.
Pada awalnya, mereka kurang paham masih banyak bertanya tentang beberapa adegan kepada guru sehingga beberapa kali harus dijelaskan terlebih dahulu latar belakang waktu maupun suasana di awal cerita.
Baca Juga: Cerpen Keluarga: Membawa Cerita Ke Pelukan Ibu Akan Selalu Menjadi Candu Bagi Seorang Kinasih
Kejadian itu terjadi di masa setelah kemerdekaan.
Indonesia sedang terancam perpecahan.
Pada saat itu, Indonesia sedang menerapkan Sistem Demokrasi Terpimpin yang menganut Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme).