“Aku enggak akan lepasin tangan kamu.” Halusnya sambil memegang tanganku dan menyeka airmataku kala Lafy sudah pulang dan Mama Papa masuk ke rumah.
“Sungguh?” tanyaku lagi. “Janji.” Sahutnya sambil mengulurkan kelingkingnya.
Malam itu, bulan sengaja memunculkan diri. Menambah temaram malam yang semakin syahdu. “Aku emang enggak menjanjikan semua bakalan selalu indah tapi Inshaa Allah aku akan selamanya ada di ujung lorong di sana.” Hati aku terasa hangat.
“Jangaaannnn.” Teriakan Mas Jannata yang mencegahku untuk jalan ke arah pantai kembali membuatku terbangun di dini hari ini. Masih ku ingat hamparan pasir putih berada di sela-sela jemari kakiku. Deburan ombak mengiringi perjalananku menyusuri pesisir pantai. Aku segera mengambil air minum yang selalu Mas Jannata taruh di meja sebelah kelambuku. Hujan rintik belum juga usai sedari tadi Mas Jannata pulang dari rumah. “Sayang, aku mendarat di rumahku.” wa Mas Jannata sedari tadi. “Sayang, maaf aku ketiduran. Aku selalu kangen kamu sampai-sampai kamu main ke mimpi aku.” Aku selamanya akan selalu mampir ke bunga tidur kamu yang.” Jawabnya sambil mengudahi WA.
“Ucapan adalah doa.” kata-kata keluargaku selalu terngiang di ingatan ku. Kepala ini penuh dengan badai karena bagaimana mungkin aku mau menikah tapi aku malah memikirkan kesehatanku.
Aku hanya ingin hidup normal bahagia layaknya orang-orang di luar sana yang memiliki keluarga dan anak-anak yang sehat serta lucu.
“Kamu yang dalam stadium awal ini dirujuk ke RS Dharmais untuk hasil biopsi ini.” Sahut dokter. Hatiku terasa runtuh. Lututku lemas dan rasanya selangkah lagi aku ingin bahagia dalam pernikahan tapi ada lagi kemelut. “Yang, aku di rujuk ke RS Dharmais.” Sahutku ketika mengebel Mas Jannata. Belum selesai Mas Jannata berucap hp ku low batt dan aku sudah sampai di RS. Hatiku kacau bukan main karena aku berharap akan selalu berbahagia bersama Mas Jannata. Aku juga mengirimkan wa ke Sasti perihal ini.
Aku melihat sosok yang tidak asing. Sasti berlari ke arahku dan memelukku. “ Aku tahu kamu kuat.” Sahutnya sambil bermata sembab. “Kita harus tetap bersyukur karena kita masih selalu diberikan nikmat iman.” Ujar Papa. “Iya semua ini titipan Allah.” Lafy menimpali. “Makasi ya keluargaku alias “jagat kecil” selalu jadi semesta buat aku.”
“Sakitnya tidak menyebar dan berada dalam ukuran yang sama.” Sahut Dokter. Aku bersyukur dalam hati karena Allah selalu melindungiku. “Ya Rabb, semoga aku ikhlas dalam menerima semua ketentuan dariMu.
Hatiku masih bertanya-tanya dimana Mas Jannata sewaktu kami di parkiran sewaktu hendak pulang. Tiba-tiba aku melihat motor yang ku kenali. Bahu yang siap mendengarku berkisah. Mas Jannata melemparkan senyum kepadaku. ***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.