GENMUSLIM.id - BRAK! Aku terbangun karena suara deritan pintu kayu Papa Mama terbanting keras dan bersamaan dengan itu aku juga sadar dari bunga tidur suara palu pengadilan perkawinan gagal yang memekikkan lirih pilu 3 tahun lalu karena keluargaku sudah jatuh.
Getaran bantingan keras pintu mereka membuat tulisan “Lana Susastra di pintu kamarku dan jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari bergetar. “Makanya Mah, kamu jangan abisin semua yang saya kasih! Gusar Papa.
“Oh, berarti kamu ga ikhlas?” Tanya Mama tidak mau kalah.” Kalo Mama hambur-hamburin, sekarang kita udah enggak punya-apa apalagi kita abis di tipu kawan kita yang katanya mau bikin usaha warung makan malah pergi dan kita terjebak dalam kontrakan ini!”
Sementara itu di balik selimut, mataku terasa basah. Air mengalir dari tebing pipi dan mendarat di bajuku. Sisa hujan tadi malam mengguyur jalanan dan membasahi jendela kayu kamarku.
Gawai ku berbunyi dan nama mas Jannata, calon suamiku yang sekarang, muncul di permukaan. “Kamu mimpi buruk lagi? Aku udah siapin air putih di dekat meja tidur kamu dan boneka beruang buat nemenin kamu di ujung sofa deket jendela tempat kamu biasa nulis.” Pesannya di whats up.
“Mama dan Papa beradu lagi yang. Kamu dimana aku butuh bahu kamu. Yang bisa nguatin aku sekarang selain berdoa iya aku bayangin hari bahagia sama kamu sebentar lagi. ”
Sahutku dalam buaian kasur. “Udah apus air mata kamu yang. Inshaa Allah pundak aku 25 jam buat kamu dan aku ga kan kemana-mana ko. Selamat tidur Panda. “ Tutupnya. “Makasih Koala selalu ada di barisan terdepan kalo aku kenapa-kenapa. “Balasku.
Mentari malu-malu menyeruak dari balik tirai jendela. “Bangun kak.” Sahut Lafy Adik semata wayangku sambil membuka selimutku. “Aku udah ijin sama Mas Rolly dan anak-anak kalo hari ini aku mau dateng sendiri ke rumah karena mau me time sama kamu kak.
Ayo kita ngopi nyari kopi susu creamy milky way.” Serunya enggak sabar. “Sambil ghibah. “Tambahnya lagi. “Dasar kamu de! Yuk nyambat!” kataku.
“Nak, teh susu kamu udah ada tuh di sofa santai kamar kamu.” Teriak Mama dari balik dapur. “Kalo enggak abis buat Papa ya kak.” Ujar Papa enggak mau kalah. “Makasi Ma.” Balasku.
“Udah abis Pa.” Sahut Lafy. Dalam hati aku berkata, Mama dan Papa bertingkah seperti tidak ada apa apa padahal kemelut semalam masih belum reda dalam hati mereka.
Baca Juga: Cerpen Psikologi Kriminal Bagian 3: Tim Moving dan Pencarian Pemburu Tato Titik dan Koma
“Ma, salad buahnya masih kayak dulu rasanya kayak seperti terakhir kali aku ninggalin rumah. “Ingat Lafy waktu dulu dia pindah rumah setelah mengucap janji suci dalam akad.