Baca Juga: Rahasia Kesehatan Tersembunyi: Penangkal Radikal Bebas, Intip Manfaat Luar Biasa Buah Nanas
Dalam konsep pendidikan ‘gaya bank’ guru bertindak seperti orang yang berpengetahuan dan murid sebagai orang yang “tidak tahu” dimana ilmu disampaikan oleh guru tersebut.
Menganggap bodoh pada orang lain, sebuah ciri konsep penindasan, berarti mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pengetahuan.
Inilah konsep pendidikan ‘gaya bank’ dimana ruang gerak yang disediakan hanya sebatas pada menerima, mencatat dan menyimpan.
Pengetahuan hanya lahir dari upaya penemuan dan penemuan ulang, melalui pencarian manusia yang gelisah, tidak sabar, terus menerus dan penuh harapan pada dunia dan bersama orang lain.
Baca Juga: Revolusi Industri dan Kehidupan Sosial yang Semakin Terancam. Benarkah Demikian?
Dalam konsep pendidikan ‘gaya bank’ pengetahuan merupakan suatu pengetahuan yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak memiliki pengetahuan apa-apa.
Menganggap bodoh secara mutlak bodoh pada orang lain, sebuah ciri ideologi penindasan, berarti mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pencarian.
Guru menampilkan diri sebagai orang yang berada pada pihak yang berlawanan berlawanan; dengan menggap mereka mutlak bodoh, maka dia mengukuhkan keberadaan dirinya sendiri.
Para murid yang bagaikan budak terasing dalam dialektika Hegel, menerima kebodohan mereka sebagai pengesahan keberadaan sang guru.
Baca Juga: Berkenalan dengan Sigma Male, Laki-Laki Diluar Struktur Sosial Pada Umumnya. Yuk Kenali Ciri-Cirinya
Pendidikan “gaya bank” memelihara bahkan mempertajam kontradiksi itu melalui cara -cara dan kebiasaan-kebiasaan sebagai berikut, mencerminkan keadaan masyarakat tertindas secara keseluruhan:
1.Guru mengajar, murid diajar.
2.Guru mengetahui segala sesuatu, murid tak tahu apa-apa
3.Guru berpikir, murid di pikirkan.