GENMUSLIM.id-Dalam pandangan Rasjidi, selama ini sebagian umat Islam kurang mengetahui secara detail mengenai hal-hal yang melatarbelakangi kemunculan pemikiran komunisme dan kenapa bisa masuk di masyarakat Indonesia yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam.
Menurut Rasjidi pula, barangkali sebagian umat Islam lagi juga bertanya-tanya jika memang asasnya pemikiran materialisme, kenapa pernah menjadi salah satu aktor dominan dalam perpolitikan di Indonesia, begitulah sekelumit pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan rasa penasaran yang begitu kuat.
Dalam menjawab kegelisahan di internal umat Islam, maka bisa dikutip sebagaimana yang telah diutarakan oleh Miriam Budiarjo di bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik, bahwa pemikiran sosialisme dan komunisme ini pada hakikatnya penolakannya terhadap ideologi kapitalisme yang membuat ketimpangan dan kesenjangan sosial yang begitu parah dan sumber keburukan bagi buruh Eropa pada abad 19.
Di satu sisi, industrialisasi dengan kapitalisasinya telah membawa kemajuan yang pesat di bidang ekonomi, namun di satu sisi juga telah membuat petaka besar bagi kaum buruh Eropa kala itu.
Industrialisasi bertanggung jawab besar terhadap krisis sosial, kesenjangan yang begitu sangat nyata, dan merugikan para buruh, seperti upah kerja rendah, jam kerja panjang, eksploitasi tenaga anak dan perempuan, serta pabrik dan dunia industri yang tidak memperhatikan keamanan dan kesejahteraan kaum buruh.
Di dalam buku Manifesto Partai Komunis, Karl Marx dan Fridrich Engels mengatakan, karena situasi sosial masyarakat Eropa kala itu sangat tragis dan ketidakadilan begitu nyata, maka muncul para pemikir yang melakukan catatan kritis terhadap pemikiran dan praktis dari kapitalisme, seperti muncul Robert Owen (1771-1858) di Inggris, Henry de Saint Simon (1760-1825) dan Charles Fourier (1772-1837) di Perancis.
Baca Juga: Laki-laki Muslim Wajib Paham! Simak Perbedaan dan Cara Membersihkan Mani, Madzi dan Wadi Berikut
Ketiga pemikir itu menyerukan pemikiran sosialisme kepada masyarakat tertindas, tetapi usaha mereka tidak dibarengi dengan tindakan nyata maupun konsepsi nyata mengenai tujuan dan strategi perbaikan, sehingga pemikiran dan teori-teori dari ketiga tokoh tersebut disebut oleh Karl Marx sebagai khayalan belaka (sosialisme utopis).
Melihat realitas empirik masyarakat Eropa yang begitu semakin mengguncang dan pemikiran para filsuf sosialisme sebelumnya yang kurang dalam aksi nyata, Karl Marx (1818-1883) seorang filsuf dari Jerman, tampil di depan mengecam kapitalisme dan kerusakan yang ditimbulkannya, bahkan lebih radikal, yakni menawarkan gerakan revolusi dan menolak gerakan perubahan tambal sulam.
Selanjutnya, Karl Marx merumuskan pemikiran dan teori-teoerinya yang disebutnya sebagai sosialisme ilmiah, untuk membedakan paham sosialisme utopis.
Menurut Rasjidi di dalam bukunya Hari Depan Peradaban Manusia, Antara Komunisme, Sekularisme, dan Islam mengatakan, sebagaimana yang disebutkan oleh Miriam Budiarjo tadi, bahwa ideologi sosialisme dan komunisme ini sebuah respon dari ideologi kapitalisme yang membuat tatanan masyarakat yang timpang dan penuh ketidakadilan, yang merampas kemerdekaan kaum buruh, dan menguntungkan di pihak kaum hartawan dan penguasa semata.
Menurut Rasjidi pula, para filsuf yang berhaluan kiri ini bukan dari kalangan buruh maupun rakyat jelata, tetapi mereka dari kalangan kaum terdidik yang terpanggil nuraninya untuk membela kaum tertindas, akan tetapi mereka ini tidak pernah menikmati cahaya Islam lewat Al Qur’an, sehingga landasannya bukan landasan iman Islam, tetapi materialisme itu sendiri.