GENMUSLIM.id - Ketika Rasjidi hidup, pemikiran mengenai sekularisme memang mulai banyak disuarakan meskipun embrionya sejak kolonial Belanda masih mencengkram Indonesia, oleh karena itu, sebagai seorang ulama atau cendekiwan Islam yang mempunyai komitemen yang teguh dengan agamanya, Rasjidi merasa terpanggil untuk menjelaskan dan memberikan catatan kritis atas sekularisme.
Dalam memberi catatan kritis terhadap pemikiran sekularisme, cendekiawan Islam yang lahir di Kota Yogyakarta ini sangat otoritatif, sebab Rasjidi sendiri pernah mengenyam pendidikan di Universitas Sorbonne Perancis mengambil jurusan filsafat dan Universitas Mc Gill mengambil jurusan studi Islam, sehingga otoritasnya tidak perlu diragukan.
Sebelum memulai memberi catatan kritis terhadap pemikiran sekularisme yang bertentangan dengan ajaran Islam, Rasjidi pertama-tama dengan memberi ulasan sejarah mengenai ide tersebut, agar umat Islam bisa menilainya sendiri, apakah ide tersebut universal atau lokalitas Eropa saja, apakah ide tersebut bisa diterima oleh umat Islam atau tidak.
Baca Juga: Pemikiran Hassan Hanafi Mengenai Tantangan dan Kolonialisme Barat Terhadap Dunia Islam (Part 1)
Selain itu, dengan memberikan ulasan sejarah mengenai pemikiran sekularisme, Rasjidi berharap agar umat Islam juga mengetahui konteks lahirnya ide tersebut, lalu dianalisis apakah ide itu terbukti ampuh untuk masyarakat Eropa dan Barat saja atau bisa diterima dengan masyarakat lain yang mempunyai konteks latar belakang sejarah yang berbeda.
Dengan kata lain, apa yang dilakukan Rasjidi ini tepat dan sangat akurat.
Di dalam bukunya yang berjudul Hari Depan Peradaban Manusia, Antara Sekularisme, Komunisme, Islam, Rasjidi melanjutkan mengenai sejarah singkat pemikiran sekularisme setelah menguraikan definisinya.
Menurut penelusuran Rasjidi yang mendalam, pemikiran sekularisme ini pada awalnya sebuah pemikiran kritis terhadap gereja yang menguasai Eropa pada abad pertengahan, bukannya membawa pada kemajuan dalam bidang kehidupan, justru kemunduran yang sangat parah.
Oleh karena itu, tak heran jika peristiwa Revolusi Perancis pada tahun 1789 mempunyai slogan semangat anti agama dan gesekan yang sangat tajam dengan pihak gereja.
Slogan atau suara yang mengindikasikan kebencian yang mendalam terhadap agama, tokoh agama, dan gereja dalam Revolusi Perancis ialah, ‘Gantung Raja yang terakhir dengan usus pendeta yang terakhir.’
Karena wabah sekularisme di Eropa semakin masif, maka filsuf yang juga dari Perancis, seperti Voltaire (1694-1778) mempunyai pemikiran bahwa akal sesuatu yang mutlak, dan iman atau semangat beragama tidak relevan lagi.
Di Perancis juga, ada filsuf yang bernama Rene Descartes, yang juga mempunyai pemikiran bahwa akal manusia bisa berpikir dan bekerja dengan baik tanpa membutuhkan penjelasan lagi dari agama, aliran ini disebut aliran filsafat rasionalisme.