Dia menghela napas pelan, perempuan itu benar-benar tidak menyukai hujan. Perasaannya selalu saja gelisah dan tidak enak hati setiap hujan turun.
Rasanya dia benar-benar belum bisa menyembuhkan luka yang dia punya. Setiap hujan turun, luka itu seakan kembali hadir dan membuat hatinya merasa sesak.
Dia membenci hujan, membenci segala hal tentang hujan. Dulu jika hujan datang, dia mungkin akan menjadi orang yang paling gembira.
Baca Juga: Cerpen Teknologi, Kisah Perjalanan Jaringan Internet dari ARPANET hingga Dunia Digital
Namun, tidak setelah kejadian itu begitu menyakiti dirinya.
Nama perempuan itu adalah Renjana. Sosok yang tertutup dan kehilangan senyumannya sejak kejadian yang benar-benar melukai hatinya.
Renjana belum bisa menyembuhkan luka itu. Setiap kali hujan datang, dia selalu teringat kejadian yang benar-benar membuatnya jadi tidak suka hujan.
Renjana masih ingat jelas saat itu, ketika hujan tiba dengan derasnya. Perempuan itu rela menerobos hujan agar tidak terlambat untuk menemui sosok yang dia cinta.
Hari itu adalah hari yang seharusnya menjadi kebahagiaan bagi Renjana. Karena orang yang dia cinta berjanji untuk melamarnya saat itu.
Namun, bayang-bayang kebahagiaan Renjana hancur seketika saat melihat orang yang dia cinta justru mengkhianatinya.
Baca Juga: Cerpen Kehidupan: Merantau Menemukan Pengganti, Sesuai Semua Meninggalkan Tak Sesedih Itu
Di sebuah kafe yang seharusnya menjadi tempat mereka bertemu, Renjana justru melihat orang yang dia cinta dan percaya selama ini justru menkhianatinya dengan perempuan lain.
Dia mendengar dengan jelas bagaimana lelaki yang dia cinta menyatakan cinta pada perempuan lain.
Pengorbanan dan perasaannya selama ini, hancur bagaikan dilanda guntur saat hujan. Hujan yang deras menyatu dengan tangisannya yang begitu keras.
Hubungan mereka berakhir saat itu juga. Bukan Renjana yang memutuskannya, tetapi lelaki itu yang sudah mengkhianati cintanya.