Cerpen Keluarga: Omelan Laras Pada Landai Adalah Bahasa Cinta dan Bentuk Kasih Sayang Sebagai Kakak

Photo Author
- Selasa, 22 Agustus 2023 | 18:10 WIB
Bahasa cinta dan bentuk kasih sayang Laras sebagai kakak. (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Andrea Piacquadio)
Bahasa cinta dan bentuk kasih sayang Laras sebagai kakak. (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Andrea Piacquadio)
GENMUSLIM.id-  Aku masuk ke rumah dengan hati-hati. Menengok ke kanan dan ke kiri.

Pulang larut malam sembari menenteng sepatu futsal dengan pakaian yang kotor dan bau keringat.

Aku yakin kalau Kak Laras melihatku begini, sudah pasti dia akan memarahiku habis-habisan. Kakak perempuanku itu memang galak dan cerewet.

Aku berjalan begitu pelan tanpa suara sedikitpun, aku yakin dia sudah tidur atau mungkin sedang berada di dalam kamarnya. Asyik dengan novel-novel roman picisan kesukaannya itu. Memuakkan.

Baca Juga: Ketika Aku Mati, Cerpen Kehidupan Tentang Kematian Datang Kepada MakhlukNya

"Bagus! Enggak usah pulang aja sekalian! Bikin khawatir orang aja terus kerjaannya!"

Aku salah. Ternyata singa betina itu belum tidur dan dia sudah berada di dalam kamarku bukan di kamarnya.

Aku terkejut bukan main, tetapi berusaha untuk tetap tenang. Aku melemparkan senyuman terbaik yang aku punya.

"Itu nanggung tadi main futsalnya, Kak. Emak sama Bapak ke mana? Udah tidur, Kak?"

"Ngeles aja terus! Pake nanya Emak sama Bapak. Mereka masih di rumah Nenek. Landai si bujang tengil bisa enggak, sih, kamu kalau main itu jangan kelewatan. Bisa kan, dilanjut besok? Enggak inget kalau punya rumah apa? Kerjaannya bikin orang khawatir terus tiap hari!"

Baca Juga: Cerpen Anak Bertemakan Olahraga: Ditto dan Keinginannya Untuk Bermain Sepak Bola

Aku sudah bilang, kan? Kakakku cerewet dan galak. Ya, begitulah. Malam ini aku benar-benar menjadi target kemarahannya. 

Aku tidak berniat melawan dan membiarkan dia memarahiku sepuasnya.

Aku tahu, begitulah cara kakakku mencintai dan menyayangi adiknya. Bahasa cinta seorang kakak meskipun kadang terasa menyebalkan.

"Maaf, Kak. Janji enggak gitu lagi. Landai salah," ucapku kemudian.

"Capek kakak dengar janji manismu itu, Ndai. Kayak mulut buaya-buaya di roman picisan yang kakak baca, enggak bisa dipegang emang!"

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dwi Nur Ratnaningsih

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X