Langit senja yang berwarna kemerahan dan dipadukan dengan warna keunguan selalu terlihat indah memesona.
Senja selalu dikaitkan dengan pertemuan dan perpisahan entah itu dengan orang yang dicintai, teman, sahabat, keluarga, atau sesuatu yang memang berarti dalam hidup seseorang.
Baca Juga: Puisi Rumah Tak Bertuan: Berisi Tentang Penantian Seseorang Menunggu Sosok yang Dia Cinta Pulang
Setiap orang punya cara untuk memahami pertemuan dan perpisahan yang terjadi dalam hidup mereka.
Begitupun yang dialami tokoh dalam puisi berjudul Melepas Senja di bawah ini.
Melepas Senja
Aku menatapmu dari kejauhan
Berada di antara perasaan-perasaan yang selalu menjadi alasan
Kenapa aku betah berlama-lama ingin melihatmu
Meskipun aku tahu, apa yang kulakukan
Bukankah hanya sebuah semu yang mungkin akan terus begitu?
Perasaan-perasanku tak akan pernah berada pada titik temu
Karena aku tak pernah tahu suara hatimu
Tentangku
Baca Juga: Puisi Pulang Ke Rumah: Berisi Tentang Perjalanan Seseorang Menemukan Rumah yang Tepat Sebagai Tujuan
Melihatmu seperti halnya memandang senja
Aku begitu terpana
Dengan warna kemerahan berpadu dengan ungu yang begitu menakjubkan
Sayangnya aku tak bisa berkompromi dengan waktu
Karena ada masa di mana aku tak bisa selalu melihatmu
Waktu itu tidak bisa dimiliki kita
Karena aku hanya aku
Kamu hanya kamu
Tidak akan pernah menjadi kita
Bukankah begitu, Senja?
Di sore terakhir aku dan dirimu
Aku memutuskan
Melepasmu yang ingin menghilang di balik awan