GENMUSLIM.id- Pemberhentian bus seketika ramai dengan banyak pemulung dan gerobaknya, bukan disebabkan orang bunuh diri sebab patah hati, bukan juga ditangkapnya penjambret miskin, melainkan sebab ada bayi.
Ramai dihitung dengan lebih dari satu orang, bukan? Pemulung miskin dengan tidak mengenal patah hati itu tengah menggendong bayi cantik.
Bayi itu tidak sendiri, ada peninggalan dari pembuang berupa keterangan pembuatan susu yang seorang miskin tidak akan berpikir meminumnya kecuali ia mau patah hati untuk perut yang tidak akan terisi beberapa waktu ke depan.
Semua orang mulai gusar, siapakah gerangan mampu membuang bayi lucu tersebut di halte pemberhentian yang tidak ada satu pun bus lewat.
Bus tidak akan lewat daerah miskin dengan kemampuan tinggal di area terminal dan tentunya tidak juga pantas untuk seorang bayi hidup.
Setiap harinya penertiban oleh pamong praja harus dihadapi dengan salam tempel atau sekadar kantong berisi uang logam yang cukup untuk mengepulkan mulut menemani bunyi meja yang dihentak pion gaplek.
Hampir sepuluh menit Mar berdiri di sana memandang sang bayi tersebut dan tersenyum.
“Cantik! Namanya Cantik”
Begitu ujar Mar seraya meninggalkan teman-temannya yang lain membawa bayi tersebut pergi. Mar menuju rumahnya yang berisi satu anak laki-laki dan suami yang malas bekerja, mengandalkan pendapatan Mar saja.
Mar memanaskan air dan menuang krimer atau susu kental manis untuk sang bayi, Mar hanya bisa membeli itu saat di warung tadi.
Iyalah pula, orang tuanya yang membuang hanya mengirim tata cara pembuatan susu tanpa memberikan susunya juga.
Usai membuat SKM tersebut, Bayi tertidur pulas dan diletakkan di atas kasur. Suaminya yang terbangun menatap bayi seolah ada yang salah.
Melihat ekspresi suaminya itu, Mar memutuskan bicara apa yang terjadi.