Maafkan keserakahan Mas, Dek. Maafkan luka yang Mas torehkan padamu Dek."
"Iya Mas, Iya. Kita masuk dulu."
Aku berusaha memapah tubuh Mas Bagas ke dalam rumah. Kali ini dia menurut dan ku dudukkan dia di ruang tamu.
Aku akan beranjak ke dapur untuk mengambil air saat jari ku digenggam erat.
Aku tersenyum pada sorot mata putus asanya. Meyakinkan aku tidak kemana-mana. "Jihan hanya ingin mengambil air minum. Untuk Mas."
Dia mengerti dan melepaskan genggaman ku.
Aku melewati Nilam yang menatapku penasaran. Mungkin dia sedikit mendengar keributan di depan tadi. Tanpa bisa ku cegah, gadis kecil itu berlari ke ruang tamu.
"Ayah!!"
Pekikan itu samar ku dengar saat menuangkan air. Aku beranjak kembali ke ruang tamu.
Pemandangan Nilam yang bermain di pangkuan Mas Bagas sambil tertawa dan Pria itu yang tersenyum bersama Putrinya, menghangatkan ku.
"Ibu, sini!" Panggil Nilam. Aku melanjutkan langkah yang tadi terhenti.
Mengangsurkan air untuk Mas Bagas yang kemudian diminumnya.
Nilam masih dengan riang menyanyikan sifat-sifat wajib bagi Allah di pangkuan suami ku.
Sebelah tangannya yang bebas meraih jemari ku dan menggenggam erat di sana.
