Cerpen Cita Nino: Petugas Upacara Ditolak, Sakit Jadi Doa Tak Tertolak

Photo Author
- Kamis, 17 Agustus 2023 | 15:45 WIB
Nino Jadi Petugas Upacara Bendera (GENMUSLIM.id/dok :  Canva)
Nino Jadi Petugas Upacara Bendera (GENMUSLIM.id/dok : Canva)
GENMUSLIM.id- masa sekolah merupakan laboratorium pembelajaran sebelum pada akhirnya menuju ke dunia nyata, Nino pun sedang merasakan fase itu, terlebih usai ia ditunjuk sebagai petugas upacara.
 
Upacara bendera merupakan kegiatan ruttin yang dilakukan setiap senin pagi di sekolah Nino dan petugas upacara adalah ajang menakutkan bagi kelas yang terpilih.
 
Kelas yang mendapat giliran menjadi petugas upacara adalah kelas Nino dan ia sendiri dipilih untuk menjadi pemimpin upacara.
 
Seisi kelas setuju dengan penunjukkan yang dilakukan oleh wali kelas terhadap nino, terlebih laki-laki sebab dengan begitu mereka tidak menjadi petugas upacara terkhusus pemimpin.
 
Nino mencoba bernegosiasi dengan gurunya untuk tidak menjadi pemimpin hanya dengan alasan ia tidak pernah melakukannya, tetapi naasnya gurunya tidak menerima nego yang dilakukannya.
 
 
Otomatis nino tetap menjadi petugas upacara yakni pemimpin upacara yang menjadi senter dalam kegiatan upacara bendera.
 
Teman-temannya yang juga bertugas mencoba menyemangati nino dan mengajak nino berlatih mulai besok.
 
Saat pulang sekolah, nino mencoba menemui kembali wali kelas untuk meminta supaya tidak jadi menjadi petugas dan lagi-lagi semua ditolak. Padahal nino sudah mencari alasan sampai bilang tidak masuk sekolah bahkan sakit di hari itu.
 
“Bisa direncanain sakit kamu Nino?” begitulah tanggapan gurunya saat tau nino beralasan sakit.
 
Roni dan Riko yang menguping dari luar ruangan hanya cekikikan kecil menertawakan temannya yang sedang takut menjadi petugas upacara tersebut. 
 
Sebenarnya Roni dan riko juga menjadi petugas upacara, hanya saja mereka hanya menjadi pembawa teks pancasila dan membacakan doa yang dalam waktunya hanya sebentar selama berlangsungnya upacara bendera tersebut.
 
 
“Kan bukan pengibar, No” begitulah ujaran roni untuk membuat nino lebih percaya diri, tetapi tidak berdampak apa pun kepada kepercayaan diri nino, sebab meski bukan pengibar bendera yang didapatkan oleh nino dalam petugas upacara, tetapi kurun waktu yang lama diperhatikan oleh semua orang yang menjadi maslah terbesar nino saat ini.
 
Sesampainya di rumah, nino segera memanggil mamanya hingga membuat sang mama yang sedang bersantai kaget.
 
Awalnya mama tidak mengetahui bahwa nino sudah pulang, sebab ia berada di ruang keluarga dengan masker wajah dan televisi menyala, ditambah sebenarnya mama sudah setengah sadar menuju alam mimpi, tidur siang.
 
“Iya sayang? Maaf ya mama tadi hampir tidur gak sadar kamu pulang” ucap mama kemudian setelah menstabilkan keterkejutannya.
“mama pake apa di wajah putih gitu?” perhatian nino teralihkan melihat wajah mamanya seperti hantu dan hampir melupakan niat awal ia berlari memanggil mamanya. 
 
Sesaat mamanya baru akan membuka mulut untuk menjawab pertanyaan nino, ia sudah kembali bicara tentang petugas upacara yang akan dikeluhkannya.
 
“Maa…nino jadi petugas upacara, gimana?” rengekan nino sempat membuat bingung apa yang harus mama terhadap ucapan anaknya.
 
“Masyaallah, jadi apa nak?”
 
“Petugas upacara maa, kenapa masyaallah?”
 
“Ya masyaallah, kamu dapet amanah sayang, petugas upacara kamu jadi apa?”
 
“Mama, harusnya subhanallah, innalillahi, atau apa yang ungkapan hati gak enak”
 
“Heh?” mama semakin hera dan bingung dengan arah obrolan nino tentang petugas upacara ini.
 
Akhirnya mama memutuskan membersihkan maskernya dahulu sebelum menanggapi omongan nino, selanjutnya mama mengajak nino makan.
 
Nino adalah anak laki-laki yang aka lebih tentang ketika diajak ngobrol setelah perut kenyang, karena memang jam makan siang setelah pulang sekolah nino.
 
Mereka makan berdua, tetapi nino tidak lahap seperti biasanya. Melihat hal tersebut, mama mencoba berpikir supaya nino mau untuk menghabiskan makanannya.
 
“Nino makan, setelah itu nanti kita obrolin kamu jadi petugas upacara itu ya sayang, kalau laper kan kamu rese. Mama bingung kalau kamu rese, mari kita bekerja sama sayang!”
 
Mendengar hal tersebut nino sepakat dan melahap habis semua makan siangnya sebelum pada akhirnya berpindah tempat ke ruang keluarga yang biasa menjadi tempat nonton bersama mereka.
 
Nino duduk di dekat, mama memberikan isyarat menggunakan alisnya seolah menanyakan ada masalah apa, hal ini seiring dengan wajah nino yang semakin kusut.
 
“ma…nino takut jadi petugas upacara. Mana jadi pemimpin upacara”
 
“kenapa takut? Nino kan belum pernah coba, jadi gak akan tau kalau nino memilih mundur”
 
“tapi ma, nino takut salah”
 
“nino belajar dan mencoba di sana, kalau salah adalah hal wajar. Nino gak bisa menjamin apabila nino lari dari tanggung jawab ini dan memilih gak mencobanya, apakah nino akan bisa melewati tantangan lain di hidup nino setelah ini?” nino sedikit lama mencerna ucapan mamanya hingga terdiam beberapa saat yang langsung dipahami mama bahwa anaknya tidak memahami ucapannya.
 
“misal nino di suatu game, game itu punya tantangan-tantangan kan untuk sampai di garis finish ketemu monster-monster bosnya?” nino mengangguk
 
“gitu juga kehidupan sayang. Misal nino gak bisa selesaikan tahap satu, nino pasti mengulanginya kan, supaya apa?”
 
“supaya bisa lanjut tahap 2”
 
“Yap. Gitu juga kehidupan, kita harus maju setahap-setahap. Nah nino lagi di tahap jadi petugas upacara”
 
Nino memahami dan mencoba berlatih di sekolah berama teman-temannya, di rumah dan bahkan malam hari. Ketika akhir pekan, nino tidak memilih berkebun bersama papa.
 
 
Papa diajak nino menjadi pembina upacara melihat ia latihan di halaman rumah.
 
Hari h datang, senin yang dinantikan nino selaku petugas upacara bendera, pun teman-teman lainnya yang sudah berlatih hampir satu pekan lamanya.
 
Semua menyemangati satu sama lain, tanpa terkecuali nino. 
 
Teman-teman sekelasnya juga yang berperan menjadi paduan suara ikut andil menyemangati teman-teman yang menjadi petugas upacara, nino menarik napas setiap jarum jam berpindah menit.
 
“Kepada sang saka merah putih. Hormat… grak!”
 
“Bruak…” 
 
Badan nino terjatuh tepat saat bendera mulai naik dan lagu indonesia raya dinyanyikan, semua panik tetapi harus melanjutkan penghormatan. Hanya petugas kesehatan sekolah yang mendekati nino dan membawa nino ke ruangan.
 
Semua mengkhawatirkan nino dan segera menghubungi mama nino di rumah. 
 
Mendengar hal tersebut, bergegas mama menuju sekolah dengan kendaraan roda duanya dengan hati cemas memikirkan anak bungsunya itu.
 
Benar firasatnya sedari pagi saat nino bersalaman terasa hangat tangannya yang langsung diyakini demam tetapi nino berkilah.
 
“Mama…nino gagal” mata nio berair memandang mamanya yang selanjutnya memeluknya.
 
“Gak apa-apa sayang, kamu udah mencoba dan berusaha. Hasil apa pun itu Allah yang punya haknya.” nino masih terisak sembari memeluk mamanya.
 
"Nino mau minta maaf sama Buk guru sama temen-temen"
 
"Itu di luar kendali Nino sayang, gak salah." Nino mengangguk pelan.
 
"Ma..Nino kemarin bilang sakit Senin, beneran sakit"
 
"Oh ya? Sama siapa? Sayang, ucapan kan doa"
 
"Kemarin pas Nino nolak jadi petugas upacara" ***
 
Sobat muslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari Genmuslim.id? Ayo gabung di grup telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. langkah pertama instal aplikasi telegram di ponsel.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dwi Nur Ratnaningsih

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X