Hari itu adalah hari kemerdekaan tepat tanggal 17 Agustus. Dari balik jendela kamar, Seloka hanya melihat orang-orang yang tampak bersenang-senang memeriahkan kemerdekaan.
Bukan tidak mau bergabung, perempuan itu hanya tidak bisa. Dia lebih suka melihat dari balik jendela. Seloka tidak bisa berada di keramaian.
Saat semua orang bersorak meriah, saling bercanda dan berlari ikut lomba ini, lomba itu Seloka hanya bisa menatap dari balik jendela.
Berada di keramaian membuat Seloka selalu merasa pusing, gelisah, dan ketakutan. Dia tidak bisa berada di antara orang-orang dan melihat pandangan-pandangan yang mengarah padanya.
Hari kemerdekaan identik dengan acara-acara penuh bahagia dan euforia orang-orang menghormati dan mengingat jasa para pahlawan terdahulu.
Namun, Seloka berpikir apakah karena dia berdiam diri di dalam kamarnya dan tidak bergabung artinya dia tidak menghargai pahlawan?
Baca Juga: Cerpen Psikologi Kriminal Bagian 3: Tim Moving dan Pencarian Pemburu Tato Titik dan Koma
Dulu bapaknya bercerita, bahwa dia sangat mengagumi ibu Kartini pahlawan perempuan Indonesia dan berharap Seloka bisa menjadi perempuan sepertinya.
Berharap kelak anaknya bisa secerdas dan setangguh Kartini, pahlawan yang membawa perubahan berarti untuk kaum perempuan.
Gadis itu tidak tahu harus merasa senang atau sedih, tetapi sampai hari ini harus dia akui bahwa dirinya mungkin belum bisa menjadi seperti 'Kartini' yang diharapkan bapaknya.
Seloka memang suka menulis dan lebih suka menghabiskan waktu dengan sendirian, bukan karena dia tidak ingin seperti orang-orang. Namun, dia selalu merasa gugup dan khawatir jika berada di keramaian.
Itulah yang membuatnya memilih untuk menjalani hidup dengan kesendiriannya itu, bahkan sampai sekarang memilih bekerja sebagai penulis novel.
Orang-orang sibuk merayakan kemerdekaan dengan penuh tawa dan bahagia, tetapi tidak dengan Seloka. Jika kemerdekaan itu adalah perayaan atas kebebasan dari penjajahan, Seloka bukanlah pemilik kemerdekaan itu.
Dia masih menjadi jajahan dari dirinya sendiri, masih menjadi tawanan dari peperangan yang dia buat dengan dirinya sendiri.
Artikel Selanjutnya
Hih Jorok Banget! Cerpen Cita Nino: Meskipun Libur Harus Mandi Pagi, Siapa yang Sering Malas Mandi?
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Istimewa
Tags
Artikel Terkait
-
Hih Jorok Banget! Cerpen Cita Nino: Meskipun Libur Harus Mandi Pagi, Siapa yang Sering Malas Mandi?
-
Cerpen Lagi Cerita Cita Nino: Riko dan Roni Bermusuhan Buat Pusing
-
Cerpen Anak: Lollipop Ajaib dan Impian Terbang
-
Cerpen: Jejak dan Kenangan di Tengah Keriuhan Jakarta
-
Cerpen Pendidikan Islam: Aisha dan Semangat Kebersihan dalam Islam