Cerpen Spesial 17 Agustus: Arti Kemerdekaan Bagi Seorang Perempuan Bernama Seloka

Photo Author
- Kamis, 17 Agustus 2023 | 13:45 WIB
Arti hari kemerdekaan 17 Agustus bagi seorang perempuan bernama Seloka.  (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Ahmad Syahrir)
Arti hari kemerdekaan 17 Agustus bagi seorang perempuan bernama Seloka. (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Ahmad Syahrir)
GENMUSLIM.id- Di sudut kamar dekat jendela, seorang gadis bernama Seloka sedang duduk dan menulis sesuatu.

Hari itu adalah hari kemerdekaan tepat tanggal 17 Agustus. Dari balik jendela kamar, Seloka hanya melihat orang-orang yang tampak bersenang-senang memeriahkan kemerdekaan.

Bukan tidak mau bergabung, perempuan itu hanya tidak bisa. Dia lebih suka melihat dari balik jendela. Seloka tidak bisa berada di keramaian.

Baca Juga: Cerpen Islami: Sang Gajah Yang Sedih, Kisah Perumpamaan Orang-orang yang Tidak Bersyukur kepada Allah

Saat semua orang bersorak meriah, saling bercanda dan berlari ikut lomba ini, lomba itu Seloka hanya bisa menatap dari balik jendela.

Berada di keramaian membuat Seloka selalu merasa pusing, gelisah, dan ketakutan. Dia tidak bisa berada di antara orang-orang dan melihat pandangan-pandangan yang mengarah padanya.

Hari kemerdekaan identik dengan acara-acara penuh bahagia dan euforia orang-orang menghormati dan mengingat jasa para pahlawan terdahulu.

Namun, Seloka berpikir apakah karena dia berdiam diri di dalam kamarnya dan tidak bergabung artinya dia tidak menghargai pahlawan?

Baca Juga: Cerpen Psikologi Kriminal Bagian 3: Tim Moving dan Pencarian Pemburu Tato Titik dan Koma

Dulu bapaknya bercerita, bahwa dia sangat mengagumi ibu Kartini pahlawan perempuan Indonesia dan berharap Seloka bisa menjadi perempuan sepertinya.

Berharap kelak anaknya bisa secerdas dan setangguh Kartini, pahlawan yang membawa perubahan berarti untuk kaum perempuan.

Gadis itu tidak tahu harus merasa senang atau sedih, tetapi sampai hari ini harus dia akui bahwa dirinya mungkin belum bisa menjadi seperti 'Kartini' yang diharapkan bapaknya.

Seloka memang suka menulis dan lebih suka menghabiskan waktu dengan sendirian, bukan karena dia tidak ingin seperti orang-orang. Namun, dia selalu merasa gugup dan khawatir jika berada di keramaian.

Itulah yang membuatnya memilih untuk menjalani hidup dengan kesendiriannya itu, bahkan sampai sekarang memilih bekerja sebagai penulis novel.

Orang-orang sibuk merayakan kemerdekaan dengan penuh tawa dan bahagia, tetapi tidak dengan Seloka. Jika kemerdekaan itu adalah perayaan atas kebebasan dari penjajahan, Seloka bukanlah pemilik kemerdekaan itu.

Dia masih menjadi jajahan dari dirinya sendiri, masih menjadi tawanan dari peperangan yang dia buat dengan dirinya sendiri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dwi Nur Ratnaningsih

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X