Baca Juga: Cara Cek Arah Kiblat pada 15 dan 16 Juli, Saat Matahari Melintas di Atas Ka'bah
“Tergantung. Apa yang sebenarnya menyelinap dalam rasa itu sendiri. Jika rasa itu hanya kamu labuhkan kepada Dia yang satu-satunya, takkan ada luka. Tapi bila yang terjadi sebaliknya, maka bersiap-siaplah menanggung pedihnya kecewa. Bagaimanapun sebuah rumah, orang luar tidak akan lebih tahu dari orang dalam alias penghuninya perihal kondisi di dalam rumah tersebut,” jawabku berusaha memahaminya.
“Rindu sudah memantapkan niat untuk terus belajar memperbaiki diri. Tapi yang Rindu temui malah berbagai macam kehilangan. Dari sahabat yang selalu ada ketika susah dan senang kini malah terkesan seperti membentangkan jarak. Tidak hanya sahabat, seseorang yang begitu berarti dalam hidup Rindu juga berpaling dan meninggalkan. Belum lagi berbagai pembicaraan yang terkesan seperti menyudutkan diri. Rindu merasa kakak cukup mengerti dengan keadaan ini. Segala yang ruwet di kepala dan membuncah di dada membuat Rindu ingin berhenti.”
Tangisnya kembali pecah, rangkulannya di tubuhku semakin erat kurasakan. Aku seperti menemukan bagian diriku dalam sosok Rindu.
Menawaitukan menjadi manusia yang lebih baik, menemukan kehilangan demi kehilangan di atas kaki yang baru saja melangkah, juga berbagai komentar sinis orang yang memandang diri tak sesuai dengan tampilan fisik.
Berulang kali juga kurasakan tulang-tulangku seperti merapuh, pertahananku seakan ingin runtuh mendapati diri yang begitu lemah hati.
Ya, dia yang kini dalam pelukanku adalah sosokku yang dulu pernah ada. Seorang introvert seringkali harus menahan sesak seorang diri.
Baca Juga: Doa Minum Air Zamzam, Air Paling Nikmat yang Diburu Jamaah Haji dan Umrah
Bukan tidak ingin berbagi kepada orang-orang terdekatnya, tapi segala yang terasa riuh di kepala seperti mengukungnya untuk memendam seorang diri.
Bahkan sebenarnya ia tidak menginginkan keadaan seperti itu. Tidak semua orang paham dan mau memahami keadaannya.
“Adikku yang kukasihi sepenuh hati, mari kita sama-sama memahami lagi dalam-dalam sebuah nasihat dari salah seorang gurunda kita Imam Syafi’i yang mana ia mengatakan ketika engkau sudah berada di jalan yang benar menuju Allah, maka berlarilah. Jika sulit bagimu, maka berlari kecillah. Jika kamu lelah, maka berjalanlah. Jika itupun tidak mampu, merangkaklah. Namun, jangan pernah berbalik arah atau berhenti,” ujarku memberi sedikit pencerahan.
Ia masih terdiam dan menunduk, sesekali sesenggukan. Tampak kekalutan sedang menyelimuti kalbunya. Aku paham keadaan hatinya dan tak ingin terlalu banyak berkata-kata.
Kebanyakan perempuan memang demikian, tak perlu banyak hal yang harus kita lakukan ketika ia sedang meluahkan segala keresahannya.
Baca Juga: Kurangi Emosi hingga Jaga Kesehatan, Inilah Manfaat Wudhu yang Harus Kamu Tahu
Cukup kita mau meluangkan waktu untuk bersamanya dan mau mendengarkan segala keluh dan kesahnya, ia sudah merasakan nyaman.