GENMUSLIM.id- Di dalam ilmu sosial humaniora sekaligus mencakup filsafat sejarah, nama Ibnu Khaldun dan Karl Marx bukanlah nama asing, keduanya merupakan tokoh besar yang mempunyai kecenderungan pemikiran masing-masing.
Ibnu Khaldun hidup di lingkup peradaban Islam yang sedang mengalami masa transisi kemunduran hingga perlahan bangkit lagi, sedangkan Karl Marx hidup di peradaban Barat yang sudah mengalami transformasi dari masyarakat abad pertengahan yang teosentris ke masyarakat yang antroposentris.
Meski hidup di medium peradaban yang berbeda, baik Ibnu Khaldun dan Karl Marx memiliki minat yang sama, yakni masalah sosiologi, ekonomi, politik, dan filsafat sejarah, adapun yang akan dibahas adalah aspek filsafat sejarah.
Di dalam tesis yang dipublikasikan oleh Universitas Durham, dengan judul Some Issues of Historical Materialism, Derek Sayer mengatakan, filsafat sejarah yang dipahami oleh Karl Marx ialah sebuah gerak sejarah yang menunjukan sebuah perkembangan dan perubahan secara terus menerus, dari apa yang disebut zaman primitif, zaman perbudakan, zaman feudal, hingga zaman kaptalis.
Konsepsi perubahan yang linear tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut, pada mulanya masyarakat terbentuk karena sekumpulan individu yang telah berkembang biak dan meningkatkan populasi, kemudian terjadi relasi antar kelompok yang menyebabkan kemunculan kasta dan kelas, hingga ada sekumpulan orang yang mengatur dan sekumpulan orang atau masyarakat diatur, dengan kata lain pemerintahan mulai terbentuk.
Feodalisme kemudian muncul, yang selanjutnya diganti oleh era kapitalisme, dan menurut bayangan atau prediksi Karl Marx, setelah kapitalisme ditumbangkan maka munculah suatu masyarakat tanpa kelas dan tanpa kasta, yang biasa disebut komunisme.
Dalam perubahan yang linear tersebut, aktor dominan sebagai penggerak sekaligus penentu arah sejarah ialah manusia, dengan penuh kesadaran yang didasarkan pada argumentasi struktur (basis material) menentukan suprastruktur (kesadaran).
Tokoh kedua yang diulas mengenai pemikiran filsafat sejarah ialah Ibnu Khaldun.
Di dalam bukunya Muqaddimah, Ibnu Khaldun membuat formula pemikiran filsafat sejarah yang brilian, dengan memulai dari zaman nomaden, selanjutnya manusia menciptakan pemukiman, yang kemudian menjadi negara.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Wisata Kuliner Hits di Bogor 2023, Cocok Dinikmati Bareng Keluarga dan Orang Terdekat!
Negara dibangun atas rasa persatuan dari segenap warga negara yang berkeinginan kuat untuk membentuk tatanan masyarakat yang stabil dan aman.
Berbeda dengan Karl Marx yang formula pemikiran filsafat sejarahnya yang linear, Ibnu Khaldun percaya bahwa sejarah bergerak secara memutar dengan aktor yang berbeda tetapi dengan cerita dan watak dasar yang sama (siklus).