Meninjau Ulang Pengkategorian Islam Tradisionalis dan Islam Modernis Oleh Deliar Noer, Sebuah Pengantar

Photo Author
- Selasa, 22 Agustus 2023 | 18:54 WIB
Representasi Islam Modernis dan Islam Tradisionalis di Kota Solo Bersatu dalam Forum yang Sama.  (GENMUSLIM.id/dok; screenshoot dari akun Instagram sdsofficial)
Representasi Islam Modernis dan Islam Tradisionalis di Kota Solo Bersatu dalam Forum yang Sama. (GENMUSLIM.id/dok; screenshoot dari akun Instagram sdsofficial)
GENMUSLIM.id- Sejak Disertasi Deliar Noer yang memotret gerakan Islam di Indonesia pada awal abad 20 dipublikasikan pada tahun 1970-an, pengkategorian sederhana tentang siapa Islam modernis dam Islam tradisional seoalah-olah sudah dianggap mapan.
 
Sebagaimana yang lumrah terjadi dalam diskursus pengetahuan, tesis Deliar Noer mengenai pengaktegorian Islam modernis dan Islam tradisional mendapat sambutan sekaligus kritikan dari banyak pakar.
 
Meskipun sudah mendapat banyak kritikan, setidaknya hingga sampai sekarang, tesis Deliar Noer tetap menjadi salah satu rujukan dalam melihat sejarah gerakan Islam di Indonesia, terutama Islam modernis dan Islam tradisional.
 
 
Di dalam disertasinya yang berjudul Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900-1942, Deliar Noer mengatakan sebagai berikut,
 
‘Golongan Islam tradisionalis lebih banyak menghiraukan soal-soal agama, seperti din atau ibadah belaka.
 
Bagi mereka, Islam sama dengan fiqh, dan dalam hubungan ini mereka mengakui taklid dan menolak ijtihad.
 
Banyak pula yang memberikan pengertian pada tasawuf. Walaupun golongan ini mengaku menjadi pengikut madzhab, terutama Syafi’i, mereka tidak mengikuti ajaran pendiri madzhab itu langsung, melainkan ajaran imam yang datang kemudian, sering pula ulama yang menyimpangendiri madzhab tersebut.’
 
Ketika mendeskripsikan Islam modernis, Deliar Noer mengatakan sebagai berikut,
‘Golongan pembaharu (modernis) memberikan perhatian pada sifat Islam pada umumnya.
 
 
Bagi meeka, Islam sesuai dengan tuntutan zaman dan keadaan.
 
Islam juga berarti kemajuan, agama tidak menghambat usaha mencari ilmu pengetahuan, perkembangan sains dan kedudukan wanita.
 
Islam agama universal yang dasar-dasar ajarannya telah diungkapkan oleh Nabi.’
Menurut Nur Kholik Ridwan di dalam bukunya Islam Borjuis dan Islam Proletar, Konstruksi Baru Masyarakat Islam Indonesia, mengatakan jika konstruksi yang dibangun oleh Deliar Noer tersebut sangat generalis.
 
Islam Tradisionalis yang berbasiskan agraris selalu dianggap minor dan negatif, sedang dalam memberikan citra Islam modernis yang berasal dari komunitas Islam yang berbasis perdagangan, seperti yang dikutip di atas, Deliar sangat apresiatif. 
 
Misalnya, munculnya organisasi-organisasi Islam desa yang agraris dan tradisionalis dicitrakan sebagai reaksi terhadap gerakan Islam kota yang modern, dengan kata lian.
 
Deliar Noer ingin mengatakan, kemunculan organisasi-organisasi sosial Islam yang berbasiskan agraris bukanlah sebuah dari pemikiran yang orisinal, melainkan reaksioner.
 
Di dalam buku Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar juga menyoroti generalisir yang dilakukan oleh Deliar Noer berbahaya bagi hubungan antar umat Islam di Indonesia.
 
‘Pengelompokan Islam di Indonesia menjadi Islam Tradisionali dan Islam Modernis tidak hanya populer di kalangan mahasiswa dan peneliti, tetapi juga populer di kalangan masyarakat umum.
 
Bahkan bagi masyarakat awam klasifikasi ini menjadi alat identifikasi diri yang sedikit banyak memicu konflik antar gerakan Islam.
 
Bagi masyarakat umum, identifikasi ini akhirnya menjadi ukuran nilai. Hampir dipastikan masyarakat melihat identifikasi ‘Islam modernis’ memiliki nilai positif, sementara identifikasi ‘Islam tradisionalis’ dianggap kurang baik.
 
Padahal, untuk menjadikannya sebagai standar nilai seperti itu butuh penelaahan lebih lanjut.
 
Hal lain yang patut disesalkan, pengelompokan ‘modernis tradisionalis’ sering dilakukan secara simplistic, terlalu menyederhanakan.
 
 
Seolah-oleh modernis dan tradisionalis statis, yang tidak berubah sepanjang zaman.
 
Dalam uraian di atas, pengkategorian umat Islam di Indonesia menjadi Islam modernis dan Islam tradisionalis nampaknya semakin menambah problem di internal umat Islam.
 
Sudah seharusnya umat Islam di Indonesia berpikir melampaui pengkategorian-pengkategorian yang melahirkan sikap primordialisme maupun ego sektoral, dalam bahasa Tiar Anwar Bachtiar, sudah saatnya umat Islam berpikir dewasa dan berbenah serta bersatu menghadapi tantangan yang kompleks.***
 
Sobat muslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari Genmuslim.id? Ayo gabung di grup telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. langkah pertama instal aplikasi telegram di ponsel.
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dwi Nur Ratnaningsih

Sumber: Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar Islam Borjuis dan Islam Prole

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X