khazanah

Pergumulan Bahasa Politik Pada Masa Kesultanan Islam di Nusantara Masih Berdiri, Sebuah Pengantar (Part 3)

Selasa, 26 September 2023 | 17:55 WIB
Ilustrasi mengenai peninggalan kesultanan Islam di Nusantara ((GENMUSLIM.id/dok; pixabay.com oleh beingboring))

GENMUSLIM.id - Penggunaan tokoh-tokoh besar Islam sebagai ‘nenek moyang’ para sultan pada masa kesultanan Islam tegak kokoh berdiri memang unik sekaligus menunjukkan kekhasan sendiri.

Hal tersebut bisa dipahami sebagai kebanggan menjadi orang Islam pada diri raja dan rakyat yang diperintahnya, serta menunjukkan bahwa Islam menjadi basis menjalankan roda pemerintahan kesultanan di Nusantara.

Selain menunjukkan kebanggaan sebagai seorang Muslim dan Islam dijadikan pembentuk identitas politik, kesultanan Islam di Nusantara kala itu dengan menggunakan tokoh-tokoh besar di sejarah Islam juga dimaksudkan untuk memberi kesan heroik pada rakyatnya, sehingga ada kesan raja yang memerintah mereka bertujuan untuk menegakkan keadilan Islam dan melindungi rakyatnya dari mara bahaya.

Pada artikel-artikel sebelumnya, juga telah disebutkan bagaimana kesultanan Islam di Nusantara menjangkarkan sebagai keturunan Iskandar Zulkarnaen, Hasan dan Husain, hingga Nabi Adam As.

Baca Juga: Bagaimana Awal Mula Terbentuknya Sejarah Kesultanan Islam di Pulau Sumatra? Simak Penjelasannya! (Part 1)

Selain klaim geneologi, seperti diungkapkan oleh Khalid Thaib di dalam disertasinya di Universitas Indiana yang berjudul Sastera Sejarah in the Malay World; A Structural and Contextual Study of Folkloristic Elements in a Transitional Genre bahwa politik kesultanan berorientasi sultan juga diekspresikan dalam konsep politik tertentu yang menunjukkan otoritas politik sultan berbasiskan ajaran Islam.

Konsep ‘daulat’ adalah sebuah contoh yang tepat dimana istilah tersebut berasal dari bahasa Arab, d-w-l. dengan makna aslinya ‘berganti, bergilir’.

Istilah daulat berkembang menjadi konsep politik Islam untuk menandai kekuasaan sebuah kesultanan.

Dalam tradisi politik Islam di Nusantara-Melayu, istilah daulat digunakan untuk menunjukkan kewibawaan dan kekuasaan kesultanan, melekatkan elemen lokal dalam penggunaan istilah tersebut.

Didefinisikan sebagai ‘ada amanah Tuhan dalam diri seorang raja,’ serta daulat juga merujuk kepada elemen politik yang bercirikan sakral, dengan kata lain tidak profan.

Baca Juga: Bagaimana Awal Mula Terbentuknya Sejarah Kesultanan Islam di Pulau Sumatra? Simak Penjelasannya! (Part 2)

Konsekuensinya, daulat diasosiasikan sebagai raja atau sultan Islam memerintah untuk menjalankan amanah dari Tuhan.

Istilah daulat ini diperkenalkan ke dalam tradisi politik Islam di Melayu sebagai semacam anti-tesa pada konsep andeka dalam raja-raja Budha terdahulu-sebuah kata yang berarti bahwa kekuatan ghaib hidup di sekeliling kerajaan dan melindunginya dari pihak-pihak yang secara sembarangan menghina keagungan mereka.

Maka, istilah daulat didefiniskan aspek keagamaan Islam dalam politik, bahwa para sultan menjalankan roda pemerintaha mendapatkan dukungan dan berbasiskan dari ajaran Islam.

Halaman:

Tags

Terkini