GENMUSLIM.id - Sebelum terbentuknya kesultanan, masuknya Islam di gugusan kepulauan Nusantara sudah sejak pada abad 7 M yang langsung dari Arab tepatnya di sebelah pantai barat Pulau Sumatra.
Teori yang dicetuskan oleh Buya Hamka tersebut merupakan sebuah bantahan akademis dari Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk di negeri ini pada abad 13, tepatnya dari India dan dimulai di Pulau Sumatra, yang mendasarkan catatan Ibnu Battutah maupun Marco Polo, serta bentuk nisan Malik al-Saleh (sultan pertama di Kesultanan Samudra Pasai) mempunyai kesamaan dengan batu nisan yang ada di Gujarat, India.
Namun, sebagaimana yang diutarakan oleh Azyumardi Azra di dalam bukunya yang berjudul Renaisans Islam Asia Tenggara bahwa Islam masuk di negeri ini harus dipahami bukan sebuah perubahan secara cepat, melainkan proses yang panjang, oleh sebab itu sebelum terebentuknya kesultanan pertama di Pulau Sumatra ada periode sejarah yang panjang mengenai masuknya Islam dan Islamisasi.
Namun, hal tersebut juga tidak bisa dipahami bahwa antara teori-toeri mengenai masuknya Islam di Nusantara yang dikemukakan oleh para sejarawan bukan hal yang menegasikan, tetapi justru menguatkan tesis yang mengatakan sejarah Islam di dunia Melayu-Nusantara merupakan proses sejarah yang panjang.
Baca Juga: Khazanah Intelektual Islam, Biografi Sekilas Filsuf Muslim Al Kindi dan Pendapatnya Tentang Falsafah
Adapun periode kesultanan, telah disepakati sebagian besar sejarawan jika Samudra Pasai merupakan entitas politik Islam pertama kali di Nusantara, lebih khususnya di Pulau Sumatra.
Ilustrasi mengenai Kesultanan Samudra Pasai yang mengintegrasikan agama Islam dalam politik, sosial, ekonomi atau perdagangan, kebudayaan, juga terdapat pada Kesultanan Malaka.
Dalam catatan Tome Pires di dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental menunjukkan bahwa Kesultanan Islam Malaka muncul sebagai sebuah kesultanan penting pada abad ke-14, bersamaan dengan makin meningkatnya keterlibatan kesultanan itu dalam perdagangan internasional dan pada gilirannya melampaui peran penting Samudra Pasai.
Banyak pedagang Muslim, khususnya dari Persia, Bengali, dan Arab berpindah dari Samudra Pasai ke Malaka.
Iskandar Syah, Sultan Malaka, menyambut para pedagang dengan tangan terbuka memberi mereka berbagai fasilitas baik untuk aktivitas keagamaan maupun ekonomi.
Atas nasihat Sultan Samudra Pasai dan ulama, Iskandar Syah kemudian masuk Islam pada umur 72 tahun.
Denys Lombard di dalam bukunya yang berjudul Kerajaan Aceh; Zaman Sultan Iskandar Muda mengatakan, proses yang sama juga terjadi dalam pembentukan Kerajaan Aceh pada abad 16.
Penaklukkan Portugis atas Malaka pada tahun 1511 yang menyebabkan makin tersebarnya jaringan perdagangan Asia, memberi Aceh kesempatan menjadi pusat utama perdagangan.