GENMUSLIM.id-Situasi perang dingin yang begitu bergejolak hingga menembus jantung masyarakat Islam Indonesia membuat seorang Rasjidi terpanggil untuk menjelaskan apa pemikiran Islam yang praktis dan solutif untuk umat Islam di Indonesia.
Sehingga dalam menjelaskan Islam, Rasjidi memulainya dengan pemikiran yang cukup filososfis, lalu ditunjukkanlah sejarah Islam yang merupakan manifestasi dari ajaran Islam, yang terbukti berhasil dalam membangun peradaban, baik di bidang sosial, kebudayaan, ekonomi, hingga politik.
Menurut analisa dan pemikiran Rasjidi, sistem politik di dalam ajaran Islam menekankan sebuah musyawarah, namun musyawarah ini berbeda dengan sistem musyawarah Barat yang meminggirkan argumentasi agama dalam politik.
Musyawarah di dalam Islam menekankan setiap orang yang terlibat musyawarah berangkat dari wahyu, sehingga pendapat yang diajukan dalam musyawarah tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sehingga hasil yang didapatkan dalam musyawarah tersebut untuk kemaslahatan umat Islam sendiri dan umat manusia juga.
Dalam sistem ekonomi, Rasjidi juga menjelaskan bahwa sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi liberal maupun sistem ekonomi dalam ideologi komunis.
Sistem ekonomi Islam ini berangkat dari wahyu bukan buah pemikiran manusia yang lemah maupun bukan juga dari kesepakatan manusia yang didasari bukan dari wahyu.
Sederhananya, jika sistem ekonomi liberal yang penting dapat untung dan seringkali juga melakukan riba, atau dengan kata lain mengabaikan halal haram dalam Islam, maka sistem ekonomi Islam tetap berusaha mendapatkan untung tapi dengan cara yang halal, dan harta yang didapatkan itu terdapat hak-hak fakir miskin, serta tidak diperbolehkan menumpuk harta kekayaan.
Adapun perbedaan antara ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang dianut ideologi komunis, menurut Rasjidi terdapat pada menghargai kepemilikan individu dan menghormati kepemilikan umum, sedangkan ekonomi dalam komunisme segalanya dimiliki bersama dan diatur oleh negara.
Selain membahas isu-isu politik dan ekonomi, Rasjidi di dalam bukunya Hari Depan Peradaban Manusia, Antara Sekularisme, Komunisme dan Islam juga membahas bahwa zakat sebuah revolusi sosial.
Baca Juga: Apakah Pernikahan Merupakan Tanda Cinta Seorang Pria? Lantas Mengapa Banyak KDRT terjadi?
Hal tersebut disebabkan, jika sebelum Nabi Muhammad mendapatkan wahyu untuk mendakwahkan Islam, masyarakat jahiliyah kala itu mendefinisikannya sebagai sekedar belas kasih yang diberikan secara suka rela oleh yang punya.
Namun, setelah Islam berhasil menjadi aktor dominan di Jazirah Arab, maka berubah menjadi sebuah kewajiban bagi umat Islam yang mampu untuk diberikan kepada delapan orang yang berhak menerima zakat, sebagaimana di dalam Qur’an dijelaskan.