GENMUSLIM.id - Kuntowijoyo merupakan cendekiawan Islam yang produktif menulis buku mengenai sejarah, teori sosial politik, pemikiran Islam, politik Islam, sastra, dan masih banyak lagi.
Sebagai salah satu cendekiawan Islam yang mumpuni, Kuntowijoyo mempunyai pemikiran besarnya yang terkenal, yakni Ilmu Sosial Profetik, di mana bisa dikatakan sebagai alternatif dari argumentasi arus utama teori sosial hari ini yang menyatakan. ‘struktur (basis material) menentukan suprastruktur (kesadaran)’, karena sebagai tawaran atau alternatif lain dari ‘rumusan baku’ teori sosial, maka Kuntowijoyo membalikan kaedah tersebut, yakni, ‘suprastruktur (kesadaran) menentukan struktur (basis material),’ dengan tiga landasan utama, yakni transendensi, humanisasi, dan liberasi.
Dari pijakan teori besar yang dicetuskannya, Kuntowijoyo menjadikannya sebagai landasan pemikiran untuk umat Islam, yakni rekayasa sosial untuk kekuatan ekonomi.
Di dalam bukunya Identitas Politik Umat Islam, Kuntowijoyo mengatakan, setelah Perang Dunia 2 selesai, terjadi sebuah perang dingin antara Blok Barat yang mewakili ideologi Kapitalisme dan Blok Timur yang mewakili ideologi Marxisme.
Kedua ideologi tersebut saling tarik menarik dan mengkampanyekan kepada seluruh umat manusia, tak terkecuali umat Islam, bahwa baik kapitalisme dan marxisme mengklaim sebagai tawaran yang baik untuk umat manusia.
Kapitalisme percaya bahwa eksistensi sendiri itu hanya individu, sedangkan marxisme percaya hanya mengakui kolektivitas, dan mempersempit ruang kepemilikan pribadi.
Baca Juga: Bolehkan Muslimah Memakai Ojek Laki-laki? Apakah Termasuk Khalwat? Begini Penjelasannya dalam Islam!
Namun, Islam ini berbeda, unik, dan sifatnya tengah-tengah di antara dua ideologi tersebut, di mana mengakui dan menghormati kepemilikan individu sekaligus menghormati kepemilikan bersama atau kolektif.
Pandangan tentang individu dan kolektivitas ini akan mempengaruhi pemikiran sosial selanjutnya.
Meskipun di akhirat kelak tanggung jawabnya individu, tetapi secara kolektif manusia juga bertanggung jawab, sekalipun tanggung jawab tersebut hanya terbatas di dunia ini.
Banyak ayat yang menyebut manusia dalam kapasitas kolektifnya, seperti ummah dan qaum, sebuah kolektivitas mempunyai tanggung jawab penuh atas nasib diri sendiri, maka anjuran untuk tolong menolong dalam kebajikan dapat ditafsirkan bahwa sebuah kolektivitas diserukan untuk merekayasa kehidupannya, tidak lepas begitu saja.
Baca Juga: Mari Kita Baca dan Kaji Kembali Asal Usul Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Bahwa kebajikan tertinggi itu dihubungkan dengan masalah ekonomi dapat disimpulkan dari Q.S Ali Imran ayat 92, yang berbunyi