GENMUSLIM.id- Pemikiran kritis mengenai kolonialisme Barat dan penyebab yang ditimbulkannya memang sudah dimulai oleh cendekiawan Islam pada awal abad 20 M sebelum Hassan Hanafi melakukan proyeknya sendiri, seperti Jamaluddin Al Afghani yang mengkritik peradaban Barat yang hegemonik dan menindas, sekaligus menawarkan gagasan Pan Islamisme.
Meskipun sama-sama mempunyai pemikiran kritis, antara Jamaluddin Al Ghani dan Hassan Hanafi tetap mempunyai perbedaan, terutama pada perlu atau tidak memakai pisau analisis dari khazanah Barat dalam menghadapi cengkraman peradaban Barat atas dunia Islam.
Meskipun ada perbedaan yang sangat fundamental, bagaimanapun juga pemikiran Hassan Hanafi untuk menyadarkan umat Islam dari penindasan peradaban Barat perlu diapresiasi, sebab dia sudah memperlihatkan bagaimana peradaban Barat bekerja untuk melakukan eksploitasi dan penindasan terhadap dunia Islam, yang embrionya sejak umat Islam mengalami kejayaan yang sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga menimbulkan kedengkian dan kebencian yang begitu mendalam pada peradaban Barat.
Sebelumnya, Hassan Hanafi juga menjelaskan bagaimana penjajahan atas dunia Islam ini tidak semata-mata penjajahan fisik material, tetapi juga penjajahan mental dan kultural.
Lewat kolonialisme dan orientalisme, peradaban Barat mendefinisikan peradaban Islam ini peradaban teror dan despotik, oleh karena itu peradaban Barat harus ‘memperadabakan umat Islam.’
Klaim superioritas dan universal peradaban Barat ini memang suatu sikap yang narsis dan tidak sesuai fakta yang terjadi, hal itu lumrah untuk menutupi kebiadaban yang mereka lakukan pada masa penjajahan.
Di dalam buku Kiri Islam, Antara Modernisme dan Postmodernisme, Telaah Kritis Pemikiran Hassan Hanafi dijelaskan,bahwa sikap pendefinisian yang jelek terhadap Islam bertujuan agar umat manusia mempunyai persepsi yang sama dengan orang Barat.
Citra negatif dan minor mengenai Islam itu dibangun oleh para orientalis yang bekerja untuk pemerintah kolonial Barat, agar tujuan-tujuan kolonialisme itu tetap dominan dan berkuasa penuh, sebagaimana dalam kasus orientalis Snouck Hurgronje yang kajiannya untuk melanggengkan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.
Di dalam buku Orientalisme, Menggugaat Hegemoni Barat dan Mendudukkan Timur Sebagai Subjek, Edward Said mengatakan, aliran pemikiran orientalisme ini mengekspresikan dunia Timur maupun dunia Islam secara kultural bahkan ideologis, seabagi sebuah wacana atau diskursus dengan dukungan lembaga, kosakata, keilmuan, imajinasi, doktrin bahkan birokrasi kolonial dan gaya kolonial, sekalipun sifatnya ‘akademik.’
Jika pengetahuan tentang Islam di Barat telah secara terbuka berkait dengan penaklukan dan dominasi, maka tibalah saatnya kaitan-kaitan tersebut dibongkar secara menyeluruh.
Memang suatu tantangan yang begitu berat yang dialami umat Islam hari ini, namun Hassan Hanafi maupun Jamaluddin Al Afghani yakin, bahwa umat Islam kelak bisa bangkit melawan segala bentuk arogansi kolonialisme Barat yang sampai sekarang masih membekas jejak-jejaknya.