GENMUSLIM.id - Terseretnya Turki Utsmani dalam Perang Dunia 1 membuat gerakan-gerakan pendirian Negara Israel di Palestina menemukan jalan mulusnya, yang sebelumnya dipenuhi jalan terjal dan onak berduri.
Selain itu, peristiwa tragis yang semakin terbukanya cita-cita gerakan zionis, yakni ketika pasukan Utsmani di front Palestina dipukul mundur oleh Inggris, yang sudah barang tentu di kemudian hari diberikan kepada gerakan zionis untuk mendirikan Negara Israel.
Ada dua analisis yang bisa ditarik kesimpulan dengan mengacu artikel-artikel sebelumnya, yakni Utsmani melemah karena peran khalifah dilemahkan oleh gerakan Turki Muda yang berkolaborasi dengan gerakan zionis, serta Utsmani sendiri terseret pada Perang Dunia 1 yang membuat semakin terbukanya cita-cita mendirikan Negara Israel di Palestina.
Di dalam buku Konflik Baru Antar Peradaban, Globalisasi, Radikalisme, dan Pluralitas, Azyumardi Azra mengatakan, kekuatan luar biasa yang menjadi pendorong kemunculan Negara Israel di kawasan Palestina adalah ideologi zionisme.
Ideologi zionisme secara singkat dapat didefinisikan sebagai kepercayaan tentang kembalinya orang-orang dan Bangsa Yahudi dari diaspora mereka selama berabad-abad, sehingga dapat menyelamatkan mereka dari kekuasaan orang-orang non-Yahudi, bahaya asimilasi dengan orang-orang non-Yahudi, ancaman ‘anti semitisme’ dari masyarakat lain.
Karena itu, zionisme bertujuan untuk mendirikan sebuah negara bangsa Yahudi.
Pencarian sebuah wilayah negara bangsa Yahudi, yang biasa mereka sebut ‘promised land’ atau tanah air yang dijanjikan merupakan program pokok Zionisme, sejak ideologi ini pertama kali dirumuskan oleh wartawan Theodhore Herzl pada tahun 1897.
Pencarian dan penetapan ‘tanah air yang dijanjikan’ itu pun melalui proses yang rumit, mulai dari kawasan tertentu di Amerika Selatan, Afrika, sampai pada akhirnya bangsa Yahudi dan gerakan zionisme internasional menetapkan Palestina sebagai ‘promised land.’
Pasca dideklarasikan ideologi zionisme, kebijakan Kaisar Tsar Rusia yang anti Yahudi mengakibatkan gelombang migrasi orang-orang Yahudi sepanjang 1882-1918 ke Palestina, Eropa Timur dan Amerika Serikat.
Gelombang migrasi Yahudi mengakibatkan terjadinya pergeseran Zionisme, yang semula zionisme memegang prinsip bahwa ideologi ini harus didasarkan pada solidaritas rasial dan keagamaan daripada kesatuan wilayah atau tanah air, tetapi migrasi orang-orang Yahudi ke Palestina mengubah Zionisme menjadi ideologi dan gerakan politik untuk mewujudkan ‘tanah air yang dijanjikan’ di Palestina.
Alasan pemilihan Palestina karena latar belakang historis ideologis untuk mengembalikan ‘Haikal Sulaiman’, yang merupakan lambang puncak kejayaan Kerajaan Yahudi di Palestina (sekitar 975-935 SM), maka eksodus Yahudi dari Eropa ke Palestina meningkat tajam, terutama pada era Nazi Jerman (Perang Dunia II).