Objek atau fakta peristiwa dikatakan diketahui seseorang jika bermakna bagi dirinya, seperti ayam melihat batangan emas tidak akan tertarik, sebab ayam tidak mengetahui maknanya, bagi hewan seperti ayam, emas menjadi tidak bermakna.
Dengan demikian, dalam proses kognisi, pikiran tidak sekedar menerima pasif, tetapi ia aktif dalam arti mempersiapkan diri untuk menerima apa yang ingin terima (mengolah, menganalisis, dan memberi makna secara sadar).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika ilmu itu datangnya dari Allah SWT, yang diberikan kepada manusia, dalam rangka untuk mengetahui kebenaran Islam, dan untuk memperoleh tujuan itu, maka ditekankan agar manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menunut ilmu.
Baca Juga: Nasehat Muslimah: Segeralah Menikah untuk Menyempurnakan Separuh Agama, Simak 4 Alasannya, CATAT!
Kategori kedua ialah ilmu yang didasarkan pada pengamatan dan penyelidikan, yang mempunyai jamak ulum atau ilmu pengetahuan.
Ilmu ini didasarkan pada pengamatan-pengamatan realits empiris duniawi, menurut Syed Muhammad Naquib Al Attas, kategori ilmu ini akan dikatakan sebagai kebenaran jika diakui sebagai sebuah kepercayaan yang benar.
Bagi Syed Muhammad Naquib Al Attas, kepercayaan yang benar bukan sekedar pengamatan dan proposisi, melainkan juga sesuatu yang bersifat intuitif atau iman.
Bisa diilustrasikan, realitas empiris, analisis rasional, lalu dipandu oleh iman dan wahyu.
Pendefinisian mengenai hakikat ilmu di atas, sudah barang tentu berbeda dengan apa yang dipahami oleh Barat, yakni sebatas realitas empiris dan analisis rasional. ***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.
