Rela menunggu dan menanti tak peduli seberapa lama waktu yang dihabiskan, menjadi bukti karena cinta orang bisa melakukan apa pun.
Seperti halnya sebuah rumah yang menunggu kepulangan sang tuan rumah yang begitu dinanti. Seperti itulah perasaan dan cerita tokoh dalam puisi berikut ini.
Puisi yang berjudul Rumah Tak Bertuan berikut ini, menggambarkan perasaan cinta dan proses penantian yang begitu panjang. Menunggu sosok yang dia cinta untuk pulang.
Rumah Tak Bertuan
Hari berganti hari
Bulan berganti bulan
Bahkan musim berganti musim
Dari mulai musim hujan yang begitu dingin dan selalu basah
Hingga kemarau panjang yang membuatku gelisah
Baca Juga: Puisi Di Gerbong Kereta Itu: Berisi Tentang Seseorang yang Berusaha Mencintai Jalan Hidupnya
Menunggumu.
Meskipun begitu, aku tidak akan menyerah dulu
Menolak untuk kalah
Aku ini rumahmu, bukan?
Tunggu.
Apa justru itu tidak pernah begitu?
Apa mungkin aku bukan rumahmu?
Aku hanya rumah kosong tak berpenghuni
Yang berkhayal punya tuan rumah sepertimu
Waktu menatap iba padaku
Aku yang masih saja menunggumu
Berharap menjadi rumahmu
Tempat pulang dan tujuan terakhirmu
Boleh?
Baca Juga: Puisi Remaja: Kembali, Kisah Cinta Monyet yang Paling Monyet
Sejak kepergianmu aku tetap di sini
Melewati mendungnya langit saat hujan
Dan bertahan di panasnya matahari saat kemarau