fiksi

Cerpen Tentang Cinta: Perasaan Rinai untuk Langit Tersimpan Abadi dalam Bait-Bait Puisi Dari Hati

Jumat, 11 Agustus 2023 | 05:30 WIB
Cinta dan perasaan Rinai untuk Langit abadi dalam bait-bait puisi ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Cotton Bro Studio))

GENMUSLIM.id - Rintik-rintik kecil berjatuhan dari langit, aku memandangnya dari balik jendela kamar. Perasaan ini selalu senang saat melihat rinai hujan yang turun begitu saja.

Ada perasaan bahagia bercampur dengan sendu yang kadang menyentuh dasar hatiku. Hujan itu selalu mengingatkanku pada sosok yang masih menjadi alasan aku jatuh cinta.

Cinta yang tak akan pernah bisa hilang sekeras apa pun aku berusaha menghapusnya. Makin aku mencoba membuang perasaan ini, makin aku terluka dan tersiksa.

Sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa melupakan dan menghilangkan perasaan yang kupunya.

Baca Juga: Puisi Kemerdekaan Indonesia Dari Para Legenda Sastra Indonesia, Kobarkan Merah Putih Dalam Jiwa. Merdeka!

Mataku beralih menatap sebuah buku catatan kecil yang bersampul biru dengan tulisan Rinai, namaku di bagian cover-nya. Sudah lama aku tidak menyentuh dan membukanya, sejak kejadian yang menyakitkan itu menimpaku dan membawa luka yang masih terasa sampai sekarang.

Buku itu adalah saksi bisu perjalanan cintaku dan orang yang menjadi belahan jiwaku, Langit Artasa.

Aku masih ingat bagaimana pertama kali aku dan dirinya bertemu.

Saat itu aku baru selesai pulang dari kegiatan komunitas menulis yang aku ikuti, Rumah Puisi namanya.

Setiap pulang kuliah aku selalu datang ke komunitas dan bertemu dengan teman-teman yang juga suka menulis, kami kadang bercerita bersama kadang juga belajar menulis bersama.

Baca Juga: Cerpen Psikologi Islami: Memaafkan Jalan Menuju Kebahagiaan

Sore itu aku terjebak hujan dan terpaksa berteduh di sebuah warung kopi di pinggir jalan.

Di situlah untuk pertama kalinya aku bertemu dengan Langit.

Aku memutuskan untuk berdiam diri sebentar dan memesan secangkir teh untuk menghangatkan badanku yang kedinginan, karena aku tidak suka kopi. Aku duduk di salah satu kursi di pojok warung sembari membaca buku.

Halaman:

Tags

Terkini