"Tunggu dulu, Mbak. Boleh tahu namanya? Siapa tahu ketemu lagi nanti jadi enggak usah panggil kayak tadi, 'Mbak yang pakai kerudung biru'." Dia terkekeh pelan membuat gigi gingsul-nya sedikit terlihat.
"Rinai Delana," ucapku singkat.
"Namanya bagus kayak orangnya. Saya Langit Artasa, salam kenal kalau begitu." Dia tersenyum dan aku hanya menganguk lalu setelah itu aku dan dirinya berpisah.
Rencana Tuhan memang tidak pernah bisa kuduga, setelah pertemuan itu aku dan Langit sering bertemu. Entah itu kebetulan atau ini benar-benar takdir yang direncanakan Tuhan.
Ternyata aku dan Langit satu kampus hanya beda jurusan, aku mengambil jurusan sastra Indonesia dan dia mengambil jurusan seni rupa.
Meskipun aku selalu berusaha menghindar darinya, tapi selalu ada saja alasan yang membuat kami bertemu. Dia sering membantuku saat aku kesulitan, aku ingat saat dia menolongku yang nyaris dijambret.
Bukan satu kali atau dua kali, tetapi berulang kali dia sering membantuku.
Baca Juga: Resep Rendang, Makanan Khas Minangkabau, Sumatra Barat yang diakui sebagai Makanan terlezat Di Dunia
Sampai akhirnya dia menyatakan perasaannya dan melamarku. Karena memiliki perasaan yang sama dan aku pun menerimanya. Setelah wisuda aku dan Langit pun menikah.
Begitulah awal pertemuan kami, pertemuan yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Langit adalah lelaki pertama yang mengisi ruang kosong di hatiku.
Namun, semua itu tidak berjalan lama. Rencana Tuhan memang tidak pernah bisa diduga. Di tahun kelima pernikahan kami, aku harus melepaskan kepergian Langit untuk selama-lamanya.
Langit mengalami kecelakaan saat pulang bekerja dan meninggal. Kepergiannya bukan hanya menyisakan luka bagiku, tapi juga bagi anak kami Senja yang masih berusia tiga tahun.
Tidak mudah melepaskan kepergian orang yang kita cintai. Aku hanya bisa melepaskannya meskipun berat dan mungkin butuh waktu lama.
Dalam buku catatan bersampul biru yang bertuliskan namaku, semua perasaanku selama mengenal Langit tersimpan abadi di sana.
Baca Juga: Cerpen Anak: Maya dan Jejak Pengetahuan